Car Freeday-Taman Bungkul
coklat yang murni hadir dengan kesederhanaannya, manisnya memiliki sedikit rasa pahit. tak perlu menjadi orang lain, cukup menjadi diri sendiri untuk kemudian berjuang dan beramal shalih di jalan Allah. sebab coklat itu coklat.
Rabu, 21 November 2012
Jumat, 16 November 2012
Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu
Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah.
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonanapelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu diTel Aviv dimasukkan dalam fail lemari kantoragraria, serasa kebun kelapa dan pohon mang-gaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka.
Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam,
di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan
kini ditetesi airmataku.
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu?
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma,
lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya,
siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka
– tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya,
pembelit leher lawan mereka,
penyeret tubuh si zalim ke neraka.
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu,
darah kamipun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi
‘Allahu Akbar!’dan ‘Bebaskan Palestina!’
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta,
menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara,
membangkangi resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia,
membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda,
akupun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia:
doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya,
yang ditembaki dan kini dalam penjara,
lalu dengan kukuh kita bacalah : ‘laquwwatta illa bi-Llah!’
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu?
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku.
(Taufiq Ismail -1989)
Rabu, 14 November 2012
Resolusiku
ketika sebuah harapan dan "keinginan" Allah bertemu, maka inilah yang kita sebut realita...
hanya dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan yg terbaik buat kita (apapun itu), maka akan membuat kita tersenyum dan berkata, "terimakasih ya Allah"...
apa kabar resolusiku 1433 H?
berharap pelajaran ikhlas tak akan usai..
#menjelang 1 muharram 1434 H.
(kembali) luruskan niat, perkuat kesungguhan dan moga Allah memudahkan..
Senin, 12 November 2012
Dari Kota Pahlawan Untuk Surodakan
Kota
Surabaya, kota pahlawan. Tepat hari ini, 10 Nopember 2012 diperingati sebagai
hari pahlawan. Langit hari ini sedang mendung, tapi tidak turun hujan. Aku siap
memulai hari ini dengan 3 agenda, salah satunya rapat TPA Al Hikmah. Rapat
dimulai jam 10.30, molor 30 menit dari jadwal yang direncanakan. Ada 6 orang
yang hadir, 2 ikhwan dan 4 akhwat, 3 orang putra/i daerah trenggalek dan sisa
dari kota asal yang berbeda. Konsumsi yang uenak pun menghiasi agenda syuro
hari ini, brownies amanda dan buah kelengkeng. Nyam-nyam. hehe :D perkenalan
masing-masing personil, rencana kedepan TPA, sharing info-info, dan pembentukan
struktur tim ini. Ya, rapat kali ini adalah rapat perdana walopun TPA sudah di
launching. Kog bisa? Kan harusnya rapat perdana dulu, setelah itu launching
TPA? Idealnya memang seperti itu. Tapi karena kebutuhan TPA disana sudah
mendesak, maka tanpa menunggu tim ini terbentuk TPA Al Hikmah sudah di
launching. TPA Al Hikmah dilaunching tanggal 3 Nopember 2012 di
Surodakan-Trenggalek. TPA ini berdiri atas ide dari Mei, dia putri daerah
Trenggalek yang saat ini tinggal dan bekerja di Surabaya. Selama ini dia yang
mengurus semuanya, mulai dari mengkomunikasikan ide ini ke tokoh agama disana,
mencari pengajarnya, pengadaan logistik, sampai acara launching.
Aku
bergabung dengan tim TPA ini karena pertemuan dengan Mei yang tidak
sengaja. Senin sore tanggal 22 Oktober aku ditugasi oleh ibu Reni ke kantor
PKPU untuk menyerahkan uang Qurban. Proses administrasi pembayaran Qurban saat
itu dibantu oleh Mei. Sambil menunggu, aku berkenalan dengan dia, saling
bertukar info tentang diri dan ngobrol ngalor
ngidul. Sekitar 30 menit proses adminitrasi selesai, alhamdulillah. Lumayan
lama. Hehe. Rencana untuk sampai di rumah sebelum adzan maghrib akan
terealisasi. Saat detik-detik menjelang mau pamitan, Mei bercerita tentang TPA
yang mau dirintisnya dan menyodorkan pertanyaan “mbk halimah kalo berminat,
bisa bergabung”. Saat itu pikirku kalau yang dimaksd bergabung adalah menjadi
donator. Belum sempat aku menjawab, Mei langsung menimpali, “bisa gabung jadi
donator atau support ide”. Aku sangat mengapresiasi ide Mei ini, apalagi setelah
mendengar cerita dia tentang kondisi masyarakat daerahnya yang kemudian menjadi
alasan kuat untuk mendirikan TPA. Kalau di Surabaya nama Doly sudah sangat familiar, bahkan menjadi tempat prostitusi
terbesar di Asia, daerah Surodakan ini bisa dikatakan tempat Doly-nya Trenggalek,
pergaulan bebas dikalangan pemudanya sudah menjadi hal yang biasa. Masyarakatnya
yang masih abangan dan dahulu daerah ini
juga pernah menjadi basis PKI. Saat ini TPA yang tersedia, jaraknya cukup jauh
dari daerah tempat keluarganya Mei tinggal, harus melewati jalan raya. Sehingga
orang tua-orang tua disana khawatir jika melepas anaknya belajar ngaji di TPA
tersebut, karena banyak kendaraan yang berlalu lalang. Berbeda dengan di Surabaya, banyak TPA yang tersedia dan hampir setiap masjid mempunyai TPA.
“insyaallah
aku siap membantu, kebetulan aku punya rekan satu tim program tahsin dan
tahfidz yang juga asalnya dari Trenggalek. Nanti aku share ke beliau, insyaallah beliau mau bantu” ucapku saat itu ke
Mei. Karena sama-sama putra daerah Trenggalek, pikirku sangat tepat jika aku
sampaikan hal ini ke rekanku itu.
Hari
itu juga kuceritakan tentang pertemuanku dengan Mei dan rencana pendirian TPA
Al Hikmah. Alhamdulillah mendapat respon positif dan kesediaan untuk menjadi donator.
Idul Qurban kemaren, beliau dan 3 orang temannya yang juga bersedia menjadi
bagian dari tim ini, sempat survey dan silaturohim dengan mbah Tulus dan
keluarganya. Mbah tulus ini adalah tokoh sesepuh disana. Menantu perempuannya
yang menjadi pengajar TPA Al Hikmah. Dulu mbah Tulus pernah mendirikan TPA
disana, namun akhirnya bubar karena putra/i-nya sudah tidak tinggal disana
lagi.
Satu
lagi kesempatan yang diberikan oleh Allah kepadaku untuk menjadi bagian dari mereka yang ingin menebar kebaikan. Mereka yang peduli dengan anak-anak, supaya
anak-anak mengenal Kalam-Nya, belajar tentang islam sehingga nantinya anak-anak
inilah yang akan menjadi generasi Qur’ani. Insyaallah.
"Jika kita melakukannya dengan niat tulus, Allah akan membalasnya dengan kebahagiaan yang tidak bisa dibeli. dan efek positif paling simpel--kalau soal kebahagiaan ini terlalu abstrak, Allah akan membalasnya dengan membukakan pintu-pintu silaturohim, pintu-pintu rezeki, pintu-pintu kesempatan, dan pintu-pintu pemahaman baik" -Darwis Tere Liye-
"Jika kita melakukannya dengan niat tulus, Allah akan membalasnya dengan kebahagiaan yang tidak bisa dibeli. dan efek positif paling simpel--kalau soal kebahagiaan ini terlalu abstrak, Allah akan membalasnya dengan membukakan pintu-pintu silaturohim, pintu-pintu rezeki, pintu-pintu kesempatan, dan pintu-pintu pemahaman baik" -Darwis Tere Liye-
Al Hikmah Surodakan-Trenggalek Crew's:
Ketua:
Galuh Gondokusumo
Sekretaris:
Lia Agustina
Bendahara:
Meiy Saroh
Program:
Ika, Halimah, Sucipto Rahayu
Teman-teman
yang tidak bisa hadir rapat, siap berperan dimana aja ya J
Semangat
Hari Pahlawan, 10 Nopember 2012
Tafsir At Taubah
Majelis Jejak Nabi November, Tafsir QS. At Taubah
128-129
by Kartika
Ratna Pratiwi on Saturday, November 10, 2012 at 12:36am ·
Ada
tiga akhlak asasi pada diri Rasulullah, yang apabila akhlaq ini dimiliki oleh
seseorang, maka ketika ia menjadi pemimpin, ia akan ditaati dan dihormati orang
yang dipimpinnya, ketika ia menjadi pembicara, ia akan menjadi pembicara yang
mengagumkan dan menggerakkan, dan ketika ia menjadi panglima, maka ia akan
menjadi panglima yang dicintai oleh anak buahnya bahkan melebihi kecintaan
mereka sendiri kepada diri mereka.
Ketiga
akhlak asasi Rasulullah itu ada pada surat At Taubah 128:
“Sungguh,
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan
bagimu, serta penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
1. Merasa berat terasa terhadap apa yang membebani
orang-orang yang dipimpinnya.
Dalam
shirah diceritakan Rasulullah selalu berusaha merasakan hal yang sama atau
bahkan lebih berat daripada beban dan penderitaan para sahabat,padahal
sebenarnya beliau bisa saja meminta dan mendapatkan apa-apa yang beliau
inginkan dari para sahabat yang sangat mencintainya. Ketika mendapat hadiah pun
beliau selalu mengajak semua sahabat untuk menikmatinya bersama. Contoh :
pada saat perang Khandaq, ketika para sahabat mengganjal perutnya dengan satu
batu untuk sedikit menyamankan perut mereka yang kelaparan, ternyata Rasulullah
pun mengganjal perutnya dengan dua batu karena sesungguhnya beliau lebih
kelaparan daripada mereka. Ketika Abu Thalhah yang ingin memasakkan kambing
untuk Rasulullah kemudian menyampaikannya diam-diam kepada beliau, Rasulullah
malah mengumumkannya kepada para sahabat agar dapat menikmatinya bersama.
Padahal saat itu Abu Thalhah hanya memasakkan 1 ekor kambing kecil, karena
memang hanya itu yang ia punya sehingga ia hanya menawarkannya pada Rasulullah.
Namun atas ijin Allah, makanan itu cukup untuk 3.000 pasukan di perang Khandaq,
meskipun hal ini tidak tejadi setiap hari :) , hanya pada ‘hari-hari istimewa’
yang dikehendaki Allah.
2. Sangat menginginkan sekali hidayah atau keimanan
bagi umatnya
Kisah
sikap Rasulullah kepada penduduk Thaif mengajarkan kita makna kesabaran dalam
berdakwah dan pentingnya menanamkan keinginan yang besar agar hidayah datang
kepada orang yang kita dakwahi. Sebuah akhlaq yang sangat agung pada diri
Rasulullah ketika dakwah beliau ditolak, kemudian beliau dicaci, dihina dan
dilempari batu hingga berdarah-darah oleh penduduk Thaif:
a.
Bila itu terjadi pada kita, yang kita adukan kepada Allah kemungkinan adalah
beratnya beban dan penderitaan tersebut, pertanyaan kenapa bantuan dari Allah
tidak kunjung datang, dll. Namun apa yang manusia agung itu adukan pada Allah?
Sambil kelelahan dan duduk di bawah sebuah pohon,yang Rasulullah adukan kepada
Allah adalah pengakuan beliau kepada Allah atas kelemahannya dan masih
sedikitnya upaya yang bisa beliau lakukan untuk mendakwahi penduduk Thaif.
Subhanallah..
b.
Saat malaikat yang diutus Allah untuk melakukan apapun yang Rasulullah
kehendaki bagi penduduk Thaif datang, kemudian menawarkan untuk menghancurkan
penduduk Thaif, beliau menolaknya, beliau memaafkannya, bahkan beliau berharap
di kemudian hari dari rahim penduduk Thaif lahir orang-orang yang beriman
kepada Allah. Lalu waktu akhirnya menjawabnya dengan lahirlah Khalid bin Walid
yang kemudian mendapat julukan Pedang Allah karena ia kemudian menjadi panglima
perang yang strateginya selalu dapat mengalahkan musuh-musuh Allah, padahal
faktanya ia adalah putera dari Walid bin Mughiroh yang merupakan salah satu
penduduk Thaif yang memusuhi Rasulullah dan gencar menyampaikan bahwa Al Qur’an
adalah shir yang dipelajari oleh orang-orang Islam. Ini adalah bukti bahwa
Rasulullah sangat menginginkan sekali keimanan dan keselamatan bagi umat yang
didakwahinya. Kecintaannya ini mengalahkan rasa sakit dan pedih yang beliau
rasakan.
3. Penyantun dan penyayang kepada orang-orang mukmin
Beberapa
contoh kisah kelembutan dan rasa sayangnya Rasulullah kepada para sahabat:
a.
Beliau pernah menasehati Abdullah bin Umar dengan cara yang sangat halus.
Caranya beliau berkata kepada para sahabat yang lain bahwa “Sebaik-baik lelaki
adalah Abdullah bin Umar andai ia mau shalat malam”. Akhirnya para sahabat pun
berlomba-lomba menyampaiakannya kepada Abdullah bin Umar, awalnya meski sempat
tersentak namun juga terharu karena dikatakan lelaki terbaik, Abdullah yang
mendengar itu pun akhirnya tidak pernah lagi meninggalkan 1 malam pun tanpa
shalat malam hingga akhir hayatnya.
b.
Rasulullah hanya tersenyum saja saat para sahabat pernah bercanda bersama
dengan saling melempar semangka. Karena meski hal itu mereka lakukan,
sesungguhnya keimanan yang ada di dada mereka tetap menggunung.
c.
Pada waktu yang lain, ada seorang sahabat yang bercandanya agak keterlaluan.
Saat itu ia sedang agak kesal dengan salah seorang sahabat yang lain, maka ia
akhirnya mengerjainya dengan menjualnya kepada salah seorang pedagang. Ia malah
menjelaskan kepada pedagang itu bahwa sahabatnya itu adalah budak yang agak
susah diatur, maka ia menjualnya dengan harga yang murah saja, dan jangan
percaya kalau ia nanti mengatakan ia bukan budak, karena ia memang susah
diatur. Namun setelah itu ia mengaku kepada Rasulullah bahwa ia baru saja
menjual sahabatnya, mendengar itu pun Rasulullah tersenyum, lalu akhirnya
memanggil pedagang yang membeli sahabat yang tadi dan berkata, “Biar saya beli
budakmu yang terus meronta-ronta itu 10 kali lipat dari harga yang kau
keluarkan.” Lalu beliau mengumpulkan uang dan membelinya. ^_^
d.
Ada juga seorang sahabat yang pernah ‘berbuat ulah’. Ia menyembelih unta milik
sahabat lain yang sedang ditambat di depan masjid. Saat tahu untanya disembelih
orang lain tanpa ijin dulu kepadanya, ia kaget dan menanyakan mengapa hal itu
dilakukan. Dengan santainya,sahabat yang masih menguliti unta yang bukan
miliknya itu berkata, “Tenang saja, nanti orang yang menjadi imam di masjid itu
yang akan membayarnya.” Setelah mengetahui itu pun Rasulullah ikut tersenyum
karena kejailan sahabat tersebut lalu kemudian membereskan masalah itu.
Nah,
yang luar biasanya, meski ketiga akhlaq agung itu sudah dimiliki oleh
Rasulullah, Allah masih mengingatkan lagi kepada beliau masih ada kemungkinan
berpalingnya orang-orang yang beliau dakwahi dari hidayah (apalagi kita yang
mungkin belum memiliki ketiga akhlaq di atas), di ayat selanjutnya yaitu QS. At
Taubah 129:
”
Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), ‘Cukuplah
Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakkal, dan
Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy (singgasana) yang agung.”
Ibnu
Mubarak dalam tafsirnya tentang Surat At Taubah ayat 129, menjelaskan bahwa
makna ‘cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Ia’ adalah:
1.
Bila engkau menyibukkan dirimu dengan urusan akhirat, maka Allah akan
mencukupkan urusan duniamu
2.
Bila engkau memperbaiki aib-aib yang tersembunyi dalam dirimu, maka Allah akan
memperbaiki yang tampak pada dirimu
3.
Bila engkau memperbaiki hubunganmu dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki
hubunganmu dengan manusia.
Maka
cukuplah Allah saja bagi kita dan berserah diri kepada Allah atas segala usaha
beramal shalih yang telah kita lakukan adalah sesuatu yang wajib dilakukan.
Wallahu
‘alam bi showab.
~Semoga
bermanfaat, bagi yang ikut kajiannya bisa bantu mengoreksi atau menambahkan~
Majelis
Jejak Nabi bulan November by Ustadz Salim A. Fillah at Masjid Al Falah Surabaya
9/11/12
(menjelang hari pahlawan)
Kamis, 08 November 2012
karena coklat
"mbak, ini buat mbak2nya". sambil menyodorkan kresek putih, ada 6 buah bungkus hadiah di dalamnya. setelah terbagi rata, 1 orang di sebelah kiriku membukanya, isinya coklat. beberapa menit kemudian terdengar suara heboh di sebelah kananku, orang kedua di sebelahku juga membuka hadiah tersebut, ternyata selain isinya coklat juga ada surat cintanya. kami berlima pun membaca bersama isi suratnya. so sweet kalimatnya. ada-ada saja "mereka". *sambil geleng2 kepala.
08112012
Senin, 05 November 2012
Taman Surga Itu Bernama Asy-Syifa
Taman, di manapun, selalu diasosiasikan sebagai tempat yang
indah, penuh warna, dengan ragam pepohonan dan bunga warna-warni, harum
semerbak; baik ia ada di depan atau belakang rumah mewah; baik ia ada di
sekeliling istana para raja; atau mungkin ia merupakan tempat tersendiri yang
sengaja dirancang sebagai tempat rekreasi dan wisata. Taman selalu
diasosiasikan dengan keindahan. Tak ada taman yang diasosiasikan dengan
keburukan. Demikianlah realitas taman di dunia ini. Namun demikian, seindah
apapun taman di dunia tak pernah ada yang kemudian disebut dengan 'taman
surga'.
Dari Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu bahwa
Rasululloh shallallahu’alaihi
wa sallam bersabda, “jika
kalian melewati taman-taman surga maka singgahlah dengan senang.” Para
sahabat bertanya, “Apakah
taman-taman surg` itu?”Beliau menjawab, “Halaqoh-halaqoh (majelis-majelis)
dzikir.” (HR. at-Tirmidzi)
Subhanallah. Taman surga
sungguh menakjubkan. Betapapun indah orang melukiskannya, tetap saja benak kita
sebagai manusia tak mampu membayangkannya.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah
rahimahullah menggambarkan dalam bukunya Hadil Arwaah
lla Biladil Afrah,yang terjemahannya berjudul Tamasya
ke Surga.
Taman surga bangunannya
tersusun dari batu-bata yang terbuat dari emas dan perak. Dinaungi oleh Arasy
Ar-Rahman. Pepohonannya dari emas dan perak sebening kaca. Buah-buahannya lebih
lembut dari keju dan lebih manis dari madu; sungai-sungainya mengalirkan susu,
madu dan arak yang tidak memabukkan; kendaraannya kuda dan unta bersayap yang terbang
mengantarkan kemana pun pengendaranya suka; dan segala kenikmatan dari semua
kenikmatan yang tidak terbayangkan.
Apalagi bila Allah menyingkap
tirai-Nya, dan memperlihatkan Wajah-Nya yang Agung, itulah nikmat nomor satu
yang mengatasi segala nikmat di surga.
Orang-orang yang duduk
bersama untuk membaca dan mempelajari Al Quran oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam disetarakan dengan taman surga. Yaitu salah seorang membaca
dan yang lainnya mendengarkan.
Dari Abu Hurairah, dia
berkata: Rasulullah bersabda,”Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam
satu rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling
belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat
meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka
di kalangan (para malaikat) di hadapanNya.” [HR Muslim, no. 2699; Abu Dawud,
no. 3643; Tirmidzi, no. 2646; Ibnu Majah, no. 225; dan lainnya].
Menikmati taman surga itu,
di sebuah rumah Allah, terlihat kumpulan-kumpulan orang-orang yang duduk
melingkar. Satu kelompok, dua kelompok, tiga kelompok bahkan sampai empat
kelompok. Ada yang disebelah timur, utara, dan di sebelah selatan. Yang
terdengar hanyalah ayat-ayat cinta-Nya. Dengan suara lantang dan bersemangat layaknya
anak-anak madrasah, agak lantang, dan ada juga yang seperti orang yang sedang
berbisik, mereka sedang muroja’ah.
Orang-orang ini tampak
bersemangat, dari raut wajahnya ada pantulan keceriaan. Tapi tak jarang juga
nampak wajahnya yang sedang “mendung” karena tak bisa menambah “setorannya”
atau mungkin karena hanya satu halaman saja. Subhanallah, apapun yang terpancar
dari mereka, tetaplah mereka adalah orang-orang yang insyAllah Allah
mencintainya.
Pemuda, pemudi, bapak-bapak,
ibu-ibu semuanya duduk bersama dalam lingkaran ini. Anak-anak seusia sekolah
dasar juga tak kalah mau sama ummi dan abinya (ibu dan ayah). Tak jarang juga
seorang ummi mengajak balita-nya untuk menemaninya dan sekaligus mengenalkan
dunia ummi dan abinya ini, ya mereka ingin mengenalkan taman surga ini kepada
putra dan putrinya. Kelak mereka jugalah yang akan menjadikan taman surga ini
sebagai “tempat bermain” mereka.
“huruf (hijaiyah) zain, sien,
dan shot ,
tempat keluar huruf di ujung lidah bawah yaitu ujung lidah bertemu dengan ujung
gigi seri bawah (sambil menunjukkan lidah dan gigi serinya)” seorang ustadz
tampak menjelaskan makharijul huruf. Santri-santri dengan seriusnya melihat dan
mendengarkan penjelasan sang ustadz ini. “sekarang mari kita ucapkan
bersama-sama huruf ini” perintah sang ustadz kepada santri-santrinya.
Di sebelah utara, terlihat
seseorang berhadapan dengan ustadzahnya, “wa la taqulu liman yuqtalu fi
sabilillahi amwat,........................ “ seseorang ini nampak memulai
setorannya. Dan yang lain nampak seperti orang yang komat-kamit (membaca
pelan) sesekali melihat mushafnya, ada juga yang berpasangan saling
mendengarkan murojaahnya.
“sering-sering di murojaah-i (di ulang-ulang) ya..” pesan ustadzah kepada
santrinya ini.
Subhanallah, inilah salah
satu “taman surga” itu. Sungguh setiap yang ada di dalamnya sangat
merindukannya untuk kembali singgah dan “bermain” disana.
Menikmati taman surga, asy
syifa.
*note yang aku posting di FB 4 nopember 2011, tepat satu tahun lebih satu hari. Asy Syifa adalah nama sebuah masjid, tidak berlebihan jika aku menyebutnya sebagai Taman Surga. Karena di masjid inilah orang-orang yang ingin menjadi sahabat Al Qur'an berkumpul, menyetor hafalannya dan belajar membaca Al Qur'an (tahsin).
Ada Cinta Di Sebalik Gua
True love doesn’t need words,
True love can speak for it self.
Cinta sejati tak perlu ‘dikatakan’,
Karena cinta yang sebenar-benar cinta
Bisa berbicara tentang dirinya sendiri
( Jodie Lake )
Orang boleh mengobral kata ketika mengunkapkan rasa
cinta. Orang-orang sah-sah saja menulis berlembar surat dan menumpahkan segala
perasaan cintanya pada seseorang lewat tulisan itu. Tetapi jika semuanya
berhenti hanya dalam bentuk demikian, maka rasa cinta itu tak lebih dari
sebatas artifisial belaka. Ia cinta cap tong
kosong. Rapuh dan hanya nyaring bunyinya.
Karena itu, cinta pada hakikatnya adalah pengorbanan.
Tak ada cinta tanpa pengorbanan. Postulat ini sudah mendarah daging dalam jagad
percintaan. Cinta karenanya bukanlah jalan
di tempat. Ia harus bergerak. Ia
harus dibuktikan. Itulah mengapa seseorang rela menyelam ke dasar lautan,
terbang menembus batas langit, berjalan bermil-mil mengitari bumi hingga ke
ujungnya karena cinta yang sedemikian.
Dan puncak dari pengorbanan itu kiranya adalah
pertaruhan nyawa. Puncak pengorbanan adalah ketika nyawa direlakan untuk
keselamatan yang dicinta. Cinta ibunda kepada anaknya adalah contoh yang paling
nyata. Saat melahirkannya, sang bunda ikhlas sepenuh hati seandainya terambil
nyawanya sekalipun, asal anak yang dikandungnya selamat terlahir ke dunia.
Adakah pengorbanan demi cinta yang lebih besar dari
itu semua?
Abu Bakar mendemonstrasikan cinta yang tak terukur
itu empat belas abad yang lalu. Dalam gelap gua. Ia rela menahan perih dan lara
yang tak terkira. Lebih dari itu, ia ikhlas meregang nyawa ketika bisa ular itu
bekerja menyusuri aliran darahnya hingga membuat bengkak di kakinya, hanya
karena tidak ingin tidur Rasulullah, seorang yang dicintinya melebihi siapapun,
terusik di atas pangkuannya. Ia mengorbankan nyawanya hanya karena “takut
membangunkan” Rasulullah! Amboi, betapa tidak sepadannya antara nyawa dan tidur
terusik??
Tidaklah heran jika sahabat yang satu ini sangat
tinggi kedudukannya di mata Rasulullah SAW, dan para sahabat. Kepadanyalah kita
patut belajar tentang cinta.
Fajar menyingsing. Sinarnya membelah gelap malam dan
menerobos masuk ke celah-celah gua itu.
Rasulullah pun memeriksa bengkak luka di kaki Abu
Bakar. Ia lantas mengusap luka itu perlahan dengan tangannya yang lembut.
Seketika itu juga lenyaplah segala perih. Hilanglah bengkak luka itu. Abu bakar
merasakan kakinya telah kembali seperti semula tanpa sakit yang tersisa.
Kemudian Rasulullah melihat pakaian sahabatnya yang
telah habis terkoyak itu. “Mengapa pakaianmu, wahai Abu Bakar?”
Abu Bakar pun menceritakan semuanya yang telah
terjadi.
Demi mendengar cerita lelaki budiman itu, Rasulullah
pun mengankat tangan seraya mengucap doa, “Ya Allah! Jadikanlah Abu Bakar kelak
di Hari Kiamat pada derajat (pangkat) ku!”
-Jejak-jejak Surga Sang Nabi-
Menjadi Saksi Sejarah
Terik
matahari di hari ahad ini, aku melihat senyum merekah di wajahmu. Kau tampak
sangat cantik dengan balutan kebaya putihmu. Duduk disebelahmu seorang pemuda
yang telah kau pilih untuk membersamaimu menggenapkan separuh dienmu, seorang
yang menggantikan tanggung jawab ayahmu, dan dengannya kau akan bersama-sama
menggapai jannahNya. Insyaallah.
Masih teringat jelas dalam benakku,
sekitar 24 purnama yang lalu. Saat itu kau harus memendam
perasaan dan gejolak
hati pada seorang pemuda. Aku tau, sesungguhny kau sangat tak menginginkan rasa
itu hadir kan? Hingga pernah terbesit kau ingin keluar dari tempat kerja kita
(saat itu). Kau tak sanggup bertemu dengannya, karena hal itu membuatmu tak bisa
membendung rasa yang sudah terlanjur hadir. Kondisi itu menyeretku menjadi
orang yang berada ditengah-tengah kalian berdua. Bukan inginku, terlebih karena
dia teman baikku dan kau juga. Menjadi fasilitator atas “konflik hati” kalian
berdua. Sungguh tak enak rasanya menjadi “pihak tengah”, disisi lain karena aku
juga seorang perempuan yang manusiawi menginginkan rasa kita tak bertepuk
sebelah tangan, tapi disisi lain aku juga tak bisa “memaksa” sebongkah hati dia
untuk menyambut rasamu padanya, bukan karena kau tak sholihah teman! Tapi saat
itu dia belum berencana menikah dalam waktu dekat karena harus menyelesaikan
studi (lanjut) S1 nya
sebagai syarat dari ortunya. Apalagi ketika kau bilang bahwa aku lebih cocok
jika disandingkan dengan dia, ketika aku tanya kenapa? Kau menjawab bahwa kami
sekufu, sama-sama ini dan itu. Kau tidak tau, sebenarnya ketika aku menjadi “pihak
tengah”, hingga kabar
tentang aku, kau dan dia seperti menjadi sebuah “tema bahasan” di teman-teman kerja kita, membuat otak dan hatiku
berkecamuk.
Sering aku melihat semburat wajahmu
yang mendung kala itu, pasti kau sedang berperang dengan hatimu sendiri, juga
melawan kecemburuanmu, kecemburuan karena anggapanmu tentang “kekompakan” aku
dan dia. Masih ingat dengan kecemburuanmu yang saat itu tidak sengaja aku dan
dia memakai baju yang warnanya sama-sama merah marun? Kau sempat menyeletuh, “kalian
kompakan bajunya ya?”, dan masih banyak hal-hal kekompakan kami berdua yang
sebenarnya tidak sengaja, tapi karena dangan asumsi-asumsimu, menjadi
penyebab dirimu cemburu
padaku.
Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh
hatinya sendiri. Sibuk merangkai
semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya. Sehinggga suatu ketika
ia tidak tahu lagi mana simpul nyata dan mana simpul yang dusta.
Kata teman-teman dan
kau, aku dan dia banyak persamaan, mungkin itu bisa terjadi karena dulu ketika
kami dikampus, walaupun beda angkatan kami sama-sama pernah dibesarkan di organisasi yang
sama (aku dan dia baru mengenal ketika kami ditempat kerja yang sama), dan
otomatis kami mengalami pola pengkaderan yang sama. Setiap kali kau
bertanya padaku tentang aku dan dia, aku selalu menyakinkanmu bahwa tidak ada
yang perlu kau risaukan tentang kami. Hingga pada batas asamu, saat rasa itu
benar-benar tidak bersambut, kau
menyampaikan padaku
bahwa kau akan menikah setelah aku, dia
menggenapkan dien.
Subhanallah, ternyata Allah
berkehendak lain. Hari ini sejarah telah mengunkapnya, takdir Allah berkata
bahwa kau yang lebih dulu menggenapkan dien-mu. Bahagia tak terkira rasanya
ketika mendapat kabar
darimu. Kau telah menemukan labuhan hatimu, bukan dia tapi pemuda yang
insyaAllah lebih tepat menjadi imammu. Sepenuh harapan dan doa teriring untukmu
dan pemuda sholih itu (insyaallah). Barakallahulakuma wabaraka ‘alaikuma
wajama’a bainakuma fii khoir. Sakinah, Mawaddah. Warahmah semoga senantiasa melingkupi keluarga
barumu.
Menjadi saksi sejarah, 281012
Rabu, 10 Oktober 2012
Izinkan Aku Meminangmu*
Perempuan sepertiku tak banyak.
Jangan tertipu oleh angka statistic yang mengatakan, perbandingan lelaki dan perempuan melebihi 1 : 4. Ada banyak kaum hawa di luar sana, tetapi percayalah, yang sepertiku hanya terbatas jumlahnya. Kalau kau bertanya-tanya, seperti apakah aku hingga sedemikian yakinnya, silakan renungkan.
Aku dan Dirimu
Antara aku dan dirimu dibatasi oleh rasa malu dan cinta.
Aku mencintai Robb ku melebihi segalanya, setingkat di bawahnya adalah lelaki paling mulia bernama Muhammad ibn Abdillah Saw. Setingkat di bawahnya adalah para shahabat, para salafus sholih. Setingkat di bawahnya lagi adalah para ulama dan ustadz di zaman ini yang selalu menyiangi taman hatiku dengan nasihat mereka. Layer terbawahnya adalah dirimu.
Jangan khawatir, aku selalu menyisihkan waktu untuk mendoakanmu menjadi pemimpin sejati, meski porsimu hanya kecil di hatiku.
Cintaku padamu, meski tak mutlak, tetap utuh dan sempurna. Sebab ia disempurnakan oleh rasa malu. Malu pada Robb ku jika aku masih meminta sesuatu pada sesuatu selain dariNya. Malu pada Nabiku yang dalam pikirannya hanya terpikir ummat, ummat, ummat; tak tersedia secuil hasrat cinta picisan yang mungkin, sesekali masih menghampiri makhluk sepertiku.
Aku dan Ilmu
Untuk lebih memahami dunia dengan segala permasalahannya, kapal besar yang akan membawa kita menuju negeri abadi, aku membutuhkan ilmu pengetahuan. Karenanya jangan heran, bila sebagian besar waktuku selain terisi oleh ibadah mahdhoh dan nawafil; kupergunakan untuk menimba ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang berada di majelis para sholihin atau di bangku akademis.
Jika, kemudian aku tak menemukanmu, pada akhirnya ilmu pengetahuan kukejar demi mempersiapkan sumbangsihku yang lebih besar bagi umat. Jangan salah berpikir mengapa aku sibuk mengejar ilmu, strata satu, dua, tiga hingga ke negeri seberang. Sebab aku tak mau terlalu resah, sibuk memikirkanmu. Waktuku terlalu berharga untuk menangisimu. Ummat masih menanti muslimah sepertiku, berkiprah menyelesaikan masalah-masalah yang semakin berkembang dan kompleks dari waktu ke waktu.
Aku dan Dakwah
Aku masih belum selevel bunda Aisyah ra yang menghafal ribuan hadits. Belum selevel Jahanara, putri Shah Jahan yang menelusuri jalan tasawuf usai bertikai dengan Aurangzeb, penguasa dinasti Mughal. Belum setara dengan Tawakkul Karman, peraih nobel perdamaian. Belum setara dengan Zaynab Al Ghazali atau Lathifah as Shuli, perempuan terhormat dalam pergerakan di Mesir.
Tapi benakku dipenuhi bagaimana mengentaskan muslimah kampus agar lebih memahami Islam secara utuh, bagaimana mengentaskan ibu-ibu dari keterpurukan ekonomi, bagaimana agar anak dan remaja tidak tumbuh di jalanan. Bagaimana agar kita punya kontribusi pada kehidupan bangsa dan negara.
Dirimu, berada pada layer terakhir di benakku. Tentu, terselip keinginan untuk meraih tanganmu, bersama menapaki jalan yang penuh onak duri tetapi juga dipenuhi harapan dan kesempatan luas terbentang.
Aku dan Waktu
Aku tahu, hidup dibatasi waktu.
Setiap tahapan usia memiliki tugasnya masing-masing.
Tapi aku tak mau dibatasi oleh budaya yang mengatakan bahwa usia lah yang memastikan perempuan harus memasuki usia pernikahan. Tak ada yang mampu memaksakan usia. Siapa dapat memastikan aku memilikimu di usia 20, 23, 25, 30 atau 38 bahkan 40 nanti?
Aku tak memusuhi waktu, sebab, ia adalah salah satu sumpah Tuhan dalam al Ashr. Aku, bersahabat dengan waktu. Tak akan kuhitung tahun, bulan, pekan, hari apalagi detik hanya untuk memuja namamu dan menantimu mengetuk pintu rumah orangtuaku.
Kau ada di sini, dalam hatiku, tetapi kusimpan rapi dan kulipat baik-baik dengan lapisan cinta dan malu. Aku tak akan memaksakan waktuku padamu, padaku, atau pada siapapun sebab setiap kejadian memiliki dimensinya sendiri-sendiri. Waktu yang kumiliki `kan kuisi dengan sebaik-baik bekal, bagai backpacker yang mempersiapkan isi ranselnya dengan perkakas yang penting dan tepat. Lebih baik kuiisi waktu dengan menghafal Quran, membaca buku-buku, mengkaji ulang catatan pengajianku , berburu ladang dakwah baru, berbakti pada orangtuau, mengasuh adik-adikku dan bersilaturrahmi dengan karib kerabat; dan tentu saja, mengisi dahaga akan ilmu.
I am and Somewhere Out There
Aku, tak sama dengan perempuan yang kau temui di jalan-jalan. Yang menghabiskan waktu di depan cermin dengan mematut diri, berhitung, klinik kecantikan mana lagi yang bisa dikunjungi. Aku, tak sama dengan perempuan yang sibuk berhitung, kelak suamiku berpenghasilan berapa sehingga mengajakku keliling Eropa?
Aku tak ada di cafe, when night is still young.
Aku tak ada di mall ketika di akhir pekan, berburu tas Hermes dan sepatu atau discount baju.
Aku tak selalu ada di dunia maya, memandangi wajah kharismatikmu di foto profil , yang sering melempar nasehat berharga dan banyak gadis terhenyak dibuatnya.
Kalau kau mau mencariku, jasadku berada di belantara ladang-ladang dakwah. Di masjid, di perpustakaan, di kampus, atau menghabiskan waktu bersama teman-teman kampus; bersama kaum perempuan dan anak-anak, berbagi ilmu. Kalau kau mencariku, ruhku berada di outer space, ketika sepertiga malam. Mungkin kau bisa menemuiku di sana, saat kita tengah bermunajat bersama – meski tempat berbeda.
Ketika gelombang elektromagentik cinta kita beradu dalam aura makrokosmos yang sama.
Aku, berbeda dengan perempuan yang biasa kau temui.
Maharku mungkin murah.
Tetapi nilaiku, tak setara dengan emas yang kau bayarkan, insyaAllah.
Jadi, kuharap kau mengerti.
Kalau aku tak akan berkeliaran mencarimu, mengejar-ngejarmu.
Semakin lama kau menunda waktu, memperpanjang list yang kau gunakan untuk meminang bidadarimu : yang cantik, yang mapan, berkarir, lulus dengan pendidikan strata tertentu, dari kalangan terhormat.
Aku, biasa-biasa saja. Kecantikan istimewaku pada busana rapi dan kerudung yang kukenakan; pada lisan yang kuusahakan bertutur dengan isi yang bernas. Kedua orangtuaku hanya orang biasa, dan aku adalah tonggak keluarga. Aku mungkin tak akan membuat heartbeat mu berdetak ribuan kali lebih cepat.
Aku, mungkin hanya menawarkan sedikit. Untuk menghidupkan malammu. Untuk menjaga kehormatan, dunia dan akhiratmu. Pemikiran dan senyumku, semoga kelak bisa menaungi hatimu yang resah dan kelelahan. Jika, kau masih memimpikan daftar penantian akan bidadarimu, silakan. Mungkin namaku tak masuk disitu.
Meski waktu bersanding kegelisahan dan lelah; semakin aku tangguh dan kuat dalam penantian serta munajat kepadaNya.
Aku yakin, Ia akan memilihkan seseorang yang tepat dan baik untukku, mungkin itu bukan dirimu. Aku justru mengkhawatirkan dirimu, yang terlalu lama menunda dan menanti, membuat daftar yang semakin panjang; maka kau tak akan mendapatkan perempuan sepertiku. Sebab semakin lama, bukan diin atau dakwah yang menjadi pertimbanganmu. Dunia dan kecantikan, yang kau sebut-sebut diperbolehkan oleh baginda Rasul Saw, membuatmu semakin pemilih.
Aku punya sebuah kisah yang mungkin layak disimak utntuk pemuda sepertimu.
**************
Ahmad bin Aiman, sekretaris Ibn Thulun datang ke Bashrah. Ia disambut oleh Muslim bin Umran, saudagar terkaya . Muslim bin Umran, bukan hanya kayaraya tetapi juga tampan dan kharismatik. Dalam jamuan makan kebesaran, datanglah kedua anak Muslim bin Umran. Mereka berdua sangat sopan santun, ingin berbicara dengan ayahnya dan menunggu kesempatan sang ayah datang. Ketampanan kedua anak itu mencengangkan para tamu, bukan itu saja, sikap yang sangat serasi antara akhlaq, pakaian dan rupanya membuat para tamu berbisik.
“Subhanallah,” decak Ibn Aiman. “Ibu anak ini pasti melebihi bidadari kecantikannya!”
Muslim bin Umran hanya tersenyum mendengar pujian para tamu dan berkata,” aku hanya ingin mengharapkan anda memintakan perlindungan Allah untuk mereka.”
Seluruh tamu penasaran dengaa kehidupan pribadi Muslim bin Umran, apalagi dengan kebahagiaan yang terlimpah demikian sempurna. Mereka memuji, megatakan kepandaian Ibn Umran memilih istri yagn tentunya cantik jelita dan dari keluarga terpandang. tentu hal yang masuk akal bila Ibn Umran yag kaya da tampan mengambil gadis bangsawan. Siapa yang dapat menolak nya?
Maka Muslim bin Umran berkisah mengenai masa mudanya.
Ia adalah pemuda petualang, suka berkelana, menimba ilmu. Hingga suatu hari tibalah di Balakh, ibukota Khurasan. Seorang Imam sholih bernama Abu Abdullah al Balakhi tengah membicarakan sebuah hadits dalam majelis,
“….seorang wanita yang hitam lebih baik dari wanita cantik yang mandul.”
Muslim bin Umran , yang muda dan penuh gairah, merasa belum pernah mendengar hadits tersebut. Apalagi penjelasan al Balakhi demikian mengesankan. Al Balakhi mengatakan bahwa, bahasa Arab sangat tinggi muatan sastranya. Rasulullah Saw senantiasa menghindarkan kata-kata celaan yang menyakitkan.
Al Balakhi mengatakan, bahwa makna “hitam” adalah salah satu istilah tersendiri, bukan makna hitam sesungguhnya. Hitam yang dimaksud adalah apa yang dibenci kaum lelaki dari wanita dalam hal bentuk dan rupa; menunjukan wanita yang tubuh dan auratnya tidak memenuhi selera. Ini dipakai Rasulullah Saw untuk mengangkat derajat & harkat wanita.
Al Balakhi melanjutkan, seorang perempuan yang cacat dan tidak cantik di mata orang lain, akan tampak menarik di mata anak-anaknya; bahkan lebih cantik dari ratu singgasana. Itulah penglihatan batin yang merasuk ke kedalaman makna. Jika menukik ke kedalaman jiwa, akan tampak kecantikan & keindahannya. Kehormatan perempuan terletak pada fitrah keibuannya. Meski perempuan itu jelek rupanya, jika ia memiliki fitrah keibuan maka ia jauh lebih cantik dari perempuan yang idnah raut wajahnya tetapi tidak menunjukkan fitrah sejatinya.
Hati dan akal harus diutamakan sebab mereka adalah dua pertiganya, bukan justru sepertiga yang harusdiutamakan.
Sembari menceritakan ulang ksiah perjalanan masa mudanya bertemu Al Balakhi, Muslim bin Umran menambahkan ayat,”…sekiranya engkau membenci sesuatu sedang di sana Allah SWT memberikan banyak kelebihan dan kebaikan padanya…
Ibn Aiman melompat gembira.
“Ini adalah kata-kata malaikat yang kudengar dari lisanmu kawan, ya Umran!”
“Apalagi jika kau dengar sendiri dari Abdullah Al Balakhi,” jawab Muslim. “Dialah yang membuatku suka pada yang jelek, cacat dan hitam. Setelah aku melihat diriku secara jujur , aku menginginkan istri yang berinsan kamil, berakhlaq mulia. Aku tak peduli apakah ia cantik, manis ataupun jelek dan buruk rupa. Jika kewanitaan yang dicari itu ada pada setiap wanita, tetapi untuk akal belum tentu ada pada setiap wanita.”
Maka kemudian, Muslim bin Umran meminang seorang gadis.
Siapa oraagntua si gadis, tidak terlalu disebut. Sebut saja namanya syaikh Ahmad. Syaikh Ahmad menolak puluhan pelamar, menjaga putrinya dengan ketat dan menerima Muslim bin Umran. Ketika malam pertama Muslim melihat sang perempuan, seketika teringatlah ucapan Al Balakhi.
Di hadapannya berdiri seorang yang jelek dan cacat.
Tetapi gadis itu, dengan rendah hati memegang tangannya,
“Tuanku, akulah rahasia yang dijaga ayahku demikian ketat. Ia menerimamu sebab percaya padamu. “
Gadis itu mengambil kotak perhiasan.
“Ini adalah hartaku. Allah SWT menghalalkan Tuan mengambil istri lagi. Pakaialah harta ini jika Tuan mengiginkan kecantikan.”
Muslim bin Umran, demikian teringat akan nasehat Al Balakhi. Dengan lemah lembut ia berkata,
”Demi Allah, percayalah....kau akan kujadikan sebagian dari duniaku, dari segi apa yang yang dibutuhka pria dari wanita. Aku hanya akan menempatkan kau sebagai satu-satunya dalam hatiku. Kaulah wanita satu-satunya, akan akan menutup rapat mataku untuk wanita lain dan tak akan berpaling.”
Gadis itu, ternyata seorang yang cerdas dan baik hati. Semakin lama terlihat segar dan menyenangkan. Perlahan menghilang kejelekannya, yang tampak hanyalah akal dan kecerdasannya. Ia menjadi istri kesayangan saudagar terkaya Bashra, Muslim bin Umran.
Para tamu di jamuan itu ternganga, terhenyak. tak menyangka seseorang seperti Muslim bin Umran memiliki istri yang jauh dari perkiraan mereka! Mereka merasa sangat malu di hadapan Muslim bin Umran yang memiliki keluhuran budi tak terduga
Ibn Aiman terharu.
Muslim memandangnya tersenyum,
”..lihatlah kedua anakku yang elok, Saudaraku. Kurnia Allah , mukjizat keimanan.....”
*************
You are
the real diamond among the strong stones
The real pearl in the dark sea
The shining star in night sky
You are ~Rose~
Among the beautiful flowers
all of my beloved muslimah sisters
Who still waiting for the real knight*dari note Sinta Yudisiahttp://www.facebook.com/notes/sinta-yudisia-ii/izinkan-aku-meminangmu/240733662683657?comment_id=46123723¬if_t=like
Langganan:
Postingan (Atom)