Senin, 23 April 2012

Ahlan Wa Sahlan "Ali Imran"


Ramadhan 1432.. Menemui ustd ali ridlo untuk meminta tanda tangan beliau untuk surat perijinan tempat PTT (Program Tahfidz dan Tahsin Al-Quran) di masjid Ar Rahmah. Masjid ini terletak di daerah perak, jl teluk buli 1, tepatnya di depan rumah ustd Muhammad sholeh drehem. Ba’da maghrib saya tiba ditempat. Karena waktu isya hampir tiba, saya putuskan untuk sholat taraweh di masjid ini. Sholat isya di imami- oleh al hafidz ustd ali ridlo dan sholat taraweh di imam-i oleh ustd Muhammad sholeh drehem.

“syahidallahu annahuu laa ilaaha illaa huwa wal malaaikatu wa ulul ‘ilmi qooiman bil qisthi, laa ilaaha illaa huwal ‘aziizul hakiim. innaddina 'indallahil islam........”. Ayat yang di baca oleh ustad Muhammad dengan gaya khas murrotal milik Mishary Rashid Alafasy. Subhanallah cukup membuat hati ini bergetar dan ingin menangis. Selain karena lantunan yang indah dari beliau, terlebih lagi karena arti ayat tersebut. Benarlah jika dikatakan ketika kita tau dan mengerti arti dari sebuah ayat, maka akan ada kenikmatan tersendiri dalam mendengarkannya. Saya bukan orang yang tau persis artinya, tapi cukup tau arti dari ayat tersebut, karena kalimat Al Quran-nya yang cukup familiar. Sejak saat itu saya terpesona dengan ayat ini dan “mulai” menyukai surat ali imran. Seraya berkata dalam hati, “Ya Allah sampaikanlah saya pada surat ini Ramadhan tahun depan”. Kisah ini adalah salah satu “nice story” Ramadhan 1432 H.


Yuks kita kenalan dengan surah Ali Imran!
Ali Imran, dari bahasa arab yang artinya keluarga imran, adalah surah ketiga yang terdiri dari 200 ayat dan termasuk surah madaniyah. Dinamakan Ali Imran karena memuat kisah keluarga Imran yang didalam kisah itu disebutkan kelahiran nabi Isa, persamaan kejadiannya dengan nabi Adam, kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam binti Imran. Surah Al Baqarah dan Ali Imran ini dinamakan Az-Zahrawan (dua surah cemerlang), karena kedua surah ini menyingkap hal-hal yang menurut apa yang disampaikan Al Qur'an, disembunyikan oleh para Ahli Kitab, seperti kejadian dan kelahiran nabi Isa, kedatangan nabi Muhammad, dan sebagainya.


Diriwayatkan dari Nuwais bin Sam'an bahwasanya Rasulullah bersabda, "Pada hari kiamat kelak, Al Qur'an bersama dengan orang-orang yang mengamalkan kandungannya akan dikumpulkan. Dan kedua surah, Al Baqarah dan Ali Imran, berada dibarisan depan". (HR Muslim)
Saya menemukan hadist tersebut di mushaf “coklat manis” bagian bawah lembar pertama surah ali imran, hari ini.. Ya, hari ini saat saya menulis catatan ini.  Ada hadist lain tentang keutamaan surahh Ali Imran. Nah kalau hadist ini saya menemukannya di “ustad google”. ^^


"Bacalah Al Qur'an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Az-Zahrawain, yakni Al Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah surah Al Baqarah, karena membacanya adalah berkah dan tidak membacanya adalah penyesalan. Dan para penyihir tidak akan dapat membacanya." (HR Muslim)


Dari dua hadist tersebut bisa kita telaah bersama bahwa surah Al Baqarah dan Ali Imran memiliki keutamaan yaitu orang-orang yang mengamalkan kandungannya berada dibarisan depan pada hari kiamat, salah satu sebab-sebab datangnya berkah dari Allah, dan akan memberikan syafa'at kepada mereka yang sering membacanya di dunia. 


Tidak cukup berhenti ketika menemukan keutamaan dalam satu surah saja. Karena masih banyak keutamaan-keutamaan yang Allah tawarkan kepada kita dalam setiap surah-surahNya. Lompatan-lompatan kecil kita, ikhtiar-ikhtiar kita yang dibungkus karena Allah, semoga mampu membuat kita untuk senantiasa berinterakasi dengan Al Qur'an. Ayo saling menyemangati kawan!

20 April 2012, Ahlan Wa Sahlan "Ali Imran"

Rabu, 18 April 2012

doa sederhana seorang akhwat



"Ya Rabb... Jadikanlah pecinta KalamMu sebagai imam hamba kelak. Jadikanlah keindahan firman-firmanMu menghiasi telinga hamba darinya Ya Allah. Hamba tak akan berani mencintai jika cinta itu bukan dariMu. Maka jadikanlah cinta hamba kelak hanya karenaMu Ya Allah."

Senin, 09 April 2012

murobbiku polisiku

Belajar bukan hanya sekedar membaca dan menulis, tetapi ada yang lebih luas dari itu. Belajar bersosialisai dengan orang lain pun bukan hanya sekedar saling mengenal, saling sapa, bukan hanya itu. Kunci dari pembelajaran adalah niat, selanjutnya adalah pemahaman. Yup, akhir-akhir ini saya sering sekali mendapatkan pelajaran baru dalam hidup saya. Mulai dari proses tarbiyah yang menyenangkan, bertemu dengan teman-teman yang sangat menyenangkan dan bervariasi, dan belajar tentang banyak hal.

Kalau diusut-usut dan kita menyadarkan diri, sebenatnya rencana Allah itu sangat indah. Seorang yang biasa-biasa saja--biasa nongkrong, biasa tidak jelas--bisa saja masuk ke sebuah rumah kontrakan yang notabene adalah kontrakan binaan, langsung diarahkan ke Divisi Kerohanian Islam, bahkan langsung ditarbiyah oleh murobbi yang luar biasa. Lihat rangkaiannya, saya tidak pernah berfikir akan sesempurna ini kejadiannya, saya hanya merencanakan hal-hal sederhana yang jauh dari kenyataan sekarang ini. Subhanallah. Sekarang ngomongin soal tarbiyah, saya sangat terkejut tentang tugas halaqoh kali ini, "membuat tulisan terserah untuk sang murobbi". Yang ada di kepala saya saat itu adalah apa temanya, apa yang mau ditulis, kapan mau menulisnya sedangkan hari itu saya kuliah full day, dan seterusnya. Namun setelah melewati perjalanan panjang hari kamis gembira, saya tiba-tiba teringat sesuatu.

Murobbiku polisiku. Mungkin itu salah satu frase yang tepat untuk menggambarkan sosok murobbi seperti beliau. Beliau bukan orang yang terkenal (kelihatannya), tapi ternyata banyak yang mengenalnya, saya saja yang terlalu polos, hehe. Selama ini beliau bagai polisi ketertiban di area kampus dan sekitarnya, keren. Beliau selalu mengerti setiap potensi yang ada dalam anak-anak didiknya. Beliau selalu tau porsi seberapa tepat buat seperti ini, cara seperti apa untuk membina orang seperti ini beliau paha,. Dan tidak kalah penting, beliau selalu peka ketika salah satu adek binannya nyeleweng. Contoh nih, tidak jauh-jauh, saya adalah orang yang paling sering jadi tersangka, hehe. Tentang apa? tentang apapun, yah maklum lah, saya masih labil, hehe. Tapi meskipun teguran terus mengalir, omelan bin cerewetan kadang bercucuran saya tetap saja nakal, lho? Eits, tapi dibalik sikap saya yang nakal itu saya jadi faham, apa sih maksudnya murobbi, apa sih tujuannya, apa sih efeknya buat saya, saya faham. Dan tidak jarang saya belajar dari beliau. Saya terkadang terkesan, mbak ini kog berani ya negur-negur, padahal rawan banget di-judge sembarangan sama orang lain. Tapi rupanya pikiran itu seudah dilupakan bahkan terlupa. Yaa, dari sini saya bisa menyimpulkan, kalau murobbi kita sudah kayak polisi. Yuk mari kita istiqomah, tetap karena Allah dan melalui perantara murobbi kita yang paling top ini. hohoho. ^^


*tulisan dari salah satu adek binaan

Jumat, 06 April 2012

telah mantap hati ini memilih jalan dakwah

Mungkin sebagian orang bertanya-tanya mengapa sih harus berdakwah? Namun ada sebagian pula orang yang justru “ilfil” Dakwah artinya meyeru pada kebaikan. Segala sesuatu yang menyeru pada kebaikan merupakan bagian dari dakwah. Sesungguhnya dakwah merupakan kebutuhan kita sendiri. Dakwah akan terus diperjuangkan dengan atau tanpa kita. Namun janji dan perintah Allah lah yang membuat kami senantiasa tetap berada di jalan dakwah.
           
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." [An-Nahl:125]

Maka dengan tujuan untuk menggapai ridho Allah, kami memilih jalan dakwah seperti yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan hadits. Ada lima ikatan yang memperkuat kami dalam mengarungi jalan dakwah ini. Ikatan Aqidah, Al Fikrah (Pikiran), Al Ukhuwwah (Persaudaraan), At Tanzhim (Organisasi) dan Al ‘Ahd (Janji). Maka bersama lima pilar tersebut kami berdiri. Mencoba tegak di jalan yang berliku ini.

Walaupun jalan dakwah ini panjang, penuh liku dan kerikil, kami tetap ikhlas menapaki jalan ini karena kecintaan kami kepada Allah. Seperti kata Ustadz Hasan Al-Banna:
“Andai perjuangan ini mudah pasti ramai yang menyertainya. Andai perjuangan ini singkat pasti ramai yang istiqomah. Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia pasti ramai yang tertarik padanya, Tapi hakikatnya perjuangn bukan begitu. Turun naiknya, sakit sedihnya, umpama kemanisan yang tak terhingga.”

Yang semakin menguatkan saya memilih jalan dakwah adalah karena saya percaya pada janji Allah, termasuk janji Allah dalam Q.S. Muhammad :7
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

“Ya Allah, Tuhan yang Maha Membolak-balikkan hati kami, tetapkanlah hati kami agar tetap berada dalam ketaqwaan kepada-Mu dan istiqomahkan hati kami agar senantiasa berdakwah di jalan-Mu. Jadikanlah ikatan ukhuwah kami sebagai tiang penguat jalan dakwah kami.”

Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu Akbar…


*yuliani indah permatasari

Kamis, 05 April 2012

dua koma tiga dekade

Dua dekade bukan waktu yang singkat untukmu mempelajari sekian warna pelangi yang Allah pilihkan untuk menemani perjalanan hidupmu. Pada warna dasar yang Allah titipkan melalu dua insan mulia, mengajari ejaan pertama serta menguatkanmu dengan sepuluh warna serupa: lahir adalah untuk menghamba padaNya. Dan kini, pada dua dekade ini, merah hati, saatnya menjadi bagian dari penyemesta Qur’ani. Melompatlah lebih tinggi!
“bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka, maka barang siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas janjinya sendiri, dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar” (Qs Al Fatih:10) *pesan singkat dari ummu laila fadhilah.

Dua dekade ditambah tiga tahun amanah ini telah di emban, sebagai makhluk Allah, sebagai manusia yang di ciptakan untuk mengelola bumi dan beribadah kepada Allah (Qs Al Baqarah: 30 dan Adz Dzariyat: 56) . Sekitar usia dua dekade itulah orang-orang luar biasa telah menghasilkan karya yang luar biasa. Namun bagaimana dengan saya? Sejenak saya berpikir bisakah saya seperti mereka?

Lihat saja Siti Aisyah binti Abu Bakar RA,  istri Nabi SAW putri Abu Bakar ash-Sgiddiq teman dan dan orang yang paling di kasihi Nabi. Di usianya yang masih muda beliau mempelajari ilmu bahasa, syair, ilmu kedokteran, nasab-nasab dan hari-hari Arab.  Sehingga sangat wajar ketika Abu Bardah mengatakan: “apabila ada sebuah permasalahan yang tidak diketahui di zaman sahabat, maka kami bertanya kepada Aisyah, dan kami memperoleh ilmu dari beliau”. Seorang sahabat yang lain mengatakan: “saya tidak mengetahui ada orang yang lebih berilmu tentang Al Quran, faraidh (ilmu waris), halal dan haram, syair, sejarah dan nasab kecuali Aisyah”.  Dan Aisyah meriwayatkan  2000-an hadist.  

Zainab al-Ghazali, tokoh perempuan asal Mesir , pendiri Jamaah Al-Sayyidat Al-Muslimat (Perhimpunan Perempuan Muslim) saat usianya 18 tahun. Muslimah tangguh yang gigih memperjuangkan persamaan hak kaum perempuan berdasarkan keyakinannya, sesuai doktrin ajaran islam yang benar. Beliau dan perempuan-perempuan seperjuangannya mampu menyakinkan masyarakat bahwa islam memberikan peluang yang besar bagi perempuan untuk berperan penting di masyarakat, baik itu memiliki pekerjaan, terjun di dunia politik, namun tidak mengesampingkan fungsi utama perempuan sebagai ibu dan mengurusi rumah tangga. Beliau sosok yang mengingatkan kita pada RA. Kartini.

Yoyoh Yusroh, biasa di panggil ustadzah yoyoh. Seorang perempuan yang dikaruniai 13 orang anak yang semuanya hafal Al Qur’an,  sosok sederhana dan bersahaja yang dikenal sangat aktif dalam dunia  politik (anggota DPR Pusat), agama, dan sosial. Sejak remaja beliau sangat getol dalam berorganisasi dan LSM. Tahun 2000 beliau mendapat penghargaan International Muslim Women (IMWU), Mubaligh National Departemen Agama Pusat tahun 2001 dan International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003. Beliau adalah orang yang cerdas dan memiliki kemampuan manajerial yang baik. Kedudukannya sebagai seorang anggota dewan tak menjadikannya lupa untuk tetap menjadi seorang ibu dan istri yang baik. Sholat malam tak pernah ia tinggalkan. Ia juga begitu komitmen untuk tilawah 3 juz per hari di tengah aktifitasnya yang padat. Puasa sunnah juga menjadi kebiasaannya. Yoyoh Yusroh Mutiara Yang Telah Hilang (judul buku)

Tiga muslimah di atas adalah sebagian dari contoh mujahidah yang menginspirasi. Dan sebenarnya masih banyak orang-orang luar biasa yang telah menghasilkan karya sejak masa mudanya. Mari kita bermuhasabah, instropeksi diri, sudah berapa juz Al Qur'an dan hadist yang sudah kita hafal, sudah berapa buku/kitab yang sudah kita pelajari, sudahkah tiap sepertiga malam kita menghidupkannya dengan sholat tahajud, tilawah kita apakah sudah satu hari satu juz. Dan sudah sejauh mana karya yang sudah kita torehkan, kerja nyata apa yang sudah kita hasilkan dan kita persembahkan buat dakwah, umat, dan islam.  Namun kita harus tetap optimis, kita persembahkan ibadah terbaik kita, kita berikan kontribusi yang maksimal di sisa usia kita  hanya untuk Allah. Walapun kemenangan islam belum bisa kita rasakan sampai batas usia kita, tapi setidaknya kita sudah menorehkan karya dalam sejarah perjalanannya. Bersungguh-bersungguh dalam menuntut imu dan bekerja untuk Indonesia :)





050411


Assalamualaikum wr wb.

Buat saudari perempuanku, buat penerus dakwah dimanapun Allah mengirimu kelak, buat orang yang selalu bersemangat mengejar ilmu, buat orang yang selalu optimis akan impian-impianya, buat orang yang saat ini sedang berbahagia. Karena Allah masih memberikan karunia nikmat, berupa iman, islam, sehat, dan umur yang barokah. Semoga kita bisa mengisi dan menghiasinya dengan aktivitas kebaikan, sehingga Allah senang dan memberkahi, lebih-lebih akan menambah nikmat yang ada pada kita.

Seperti halnya ketika anti (red: kamu) memberi sebungkus permen kepada izam dan afif, akan sangat senang ketika mereka mengucapkan “Terima kasih mbak” kemudian memakan permen itu dengan berdoa, lebih2 permen itu dibagi lagi dengan kawan2nya. Begitu juga dengan pemberian Allah SWT kepada kita, Allah akan sangat senang apabila kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan, lebih senang lagi apabila nikmat-nikmat yang diberikan, kita gunakan untuk membela agama-Nya. Subhanallah ....

Menulis apa ya .... masih bingung mengawali dari mana. Menurut saya tulisan di atas sudah cukup.

Membuka sebuah cerita. Masih ingatkah kita ketika dahulu belum mengenal sama sekali dengan dakwah ini, atau kita masih iseng-iseng bergabung dengan SKI yang ada di fakultas kita. Sampai akhirnya kitalah saat ini yang menentukan arah dan perkembangan dakwah, bisa di tingkat sekolah, karang taruna, jurusan, fakultas, kampus, atau kota. Atau sekedar dakwah di kelompok bimbingan kita, smart club misalnya. Ya ... itu adalah sebuah proses yang tidak mudah dan tidak singkat, semua memerlukan pengorbanan dan waktu.

Ukhtifillah, saya hanya mengajak dan mengingatkan kepada diri saya sendiri. Marilah kita isi setiap nafas kita dengan kebaikan, dengan nafas-nafas perjuangan, yang orientasi dan keberadaanya semakin menambah amal kebaikan kita di dunia, untuk bekal di akherat kelak.

Marilah kita syukuri diri kita sekarang ini, yang sudah dipercaya oleh dakwah untuk mengemban amanah menyebarkan risalah-Nya. Kita yang dulu belum bisa apa-apa, akhirnya menjadi orang yang luar biasa, bisa jadi biasa di luar juga. Berpesan pada Posisi kita saat ini adalah pertama, kita harus selalu meningkatkan kapasitas diri, menggali potensi dan memberikan yang terbaik untuk dakwah. Kedua, kita harus mampu membentuk adek-adek binaan kita menjadi lebih baik lagi, minimal mereka standart dengan kita, dengan cara terus membina, membina dan membina.

Oya, saya mau sharing tentang kebebasan finansial. Ternyata sangat penting kita itu menjadi kaya ... tidak hanya kaya secara akherat, tetapi juga kaya secara dunia. Alasan kenapa kita harus kaya, salah satunya adalah terlalu banyak rukun islam yang bisa dilaksanakan dengan harta, di antaranya zakat dan haji.

Fenomena ketika kita berdakwah misalnya, akan lebih bisa berkontribusi banyak dan bisa mengatur waktu ketika kita menjadi pengusaha. Bener gak ? karena waktu punya kita sendiri, kita yang mengendalikan. Memang saat ini kita belum menjadi kader ideal, salah satunya bebas finansial. Tetapi saya yakin semua ikhwah punya cita-cita itu. Selain melaksanakan salah satu contoh Rosulullah SAW, Allah juga telah menjanjikan bahwa 9 dari 10 pintu rizky itu adalah berdagang/ berwirausaha.

Selamat berproses semoga menjadi “akhwatangguh” yang dicintai oleh Allah, dakwah dan dicintai oleh umat ini. Aamiin ....

*(lek)


                                                                                               

Rabu, 04 April 2012

hujan





" dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat di panen” (Qaf:9)

Siang ini, hujan kembali menyapa bumi. Apapun dan bagaimanapun kondisi kita saat hujan turun, jangan dicela datangnya, terimalah dengan penuh rasa syukur dan sabar. Karena hujan adalah Rahmat Allah.

Hujan dinantikan bagi sebagian orang, dan tidak sedikit pula yang mencela kedatangannya. Bagi mereka yang menantikan hujan, mereka mengunkapjannya seraya berdoa, “Allahuma Shayiban Naafi’a. Ya Allah turunkanlah hujan yang baik dan bermanfaat”. Namun bagi mereka yang mecela kedatangannya, mereka sibuk berteriak teriak hujan, kemudian timbullah kata-kata seperti “aduh!! Hujan lagi”.

Hujan, karenanya ada keteduhan, kesejukan, aroma tanah yang mewangi, dan pelangi. Memang tidak selamanya hujan menghasilkan pelangi, tapi disitulah letak keindahannya. Menanti pelangi di setiap hujan turun. Seperti jalan kesabaran, akan ada sebuah harapan di dalamnya.

* "di moment hujan memang paling sering seseorang menjadi mellow. Kecuali ketika rumahnya bocor dan /atau kebanjiran atau motor/mobil mogok terendam banjir” ujar seorang teman.
ahhh bukankah ketika rumah bocor atau motor mogok, kita tetap bisa mellow (baca: mensyukurinya) ?? ^^
 


Selasa, 03 April 2012

karena coklat itu coklat


Alhamdulillah. dengan modal "bonek"  blog ini bisa di "launching". kenapa bonek? karna si empunya sebenarnya belum ahli menulis. Akhirnya memberanikan membuat blog karena "iri" dengan teman-teman yg mempunyai blog dan juga hasil "kompor" dari seorang sahabat. Semoga yang sederhana ini bisa memberikan manfaat sebaga amal shalih.

Blog ini saya beri nama: Karena Coklat itu Coklat. Suatu waktu saya membaca sebuah artikel yang berjudul “Karena Coklat itu Coklat”. Saat membaca judulnya saja saya langsung tertarik, hanya karena satu alasan yaitu saya menyukai warna cokelat dan coklat. Dari membaca artikel tersebut, saya terinspirasi untuk menggunakan judul tersebut sebagai nama blog saya suatu saat. Dan bukan hanya karena saya penyuka warna cokelat dan coklat, juga karena isi artikel tersebut yang menarik. Berikut ini isi artikelnya: 


Belakangan, sering kita melihat banyak orang yang menuliskan “Ukhuwah itu semanis coklat”, atau bahkan mungkin “Surga itu selezat coklat”. Mungkin, kalimat-kalimat itu berasal dari mereka yang memang gemar makan coklat. Dengan segala makna kalimat-kalimat tersebut, sebenarnya ada makna lain yang dapat kita ambil dari kata coklat itu sendiri. 

Di sebuah film romantis dari barat, di kisahkan ada seorang dokter yang enggan memakan kacang berbalut coklat dengan wujud yang berwarna-warni, sehingga perilaku unik ini menggelitik tokoh utama perempuan pada saat jumpa pertamanya, sampai memunculkan pertanyaan mengapa? “Karena coklat itu warnanya coklat…” sesederhana itu jawab si dokter yang akhirnya nanti menikah dengan perempuan tersebut. 

Sekilas, jawaban “karena coklat itu coklat” menarik untuk di perhatikan. Satu hal yang dapat kita petik mungkin dari segi kesehatan. Makanan yang tidak di beri zat pewarna tentu relatif lebih sehat di bandingkan dengan makanan yang di beri pewarna. Simpelnya, tentu coklat lebih sehat dan orisinil ketik` ia tetap seperti awalnya, berwarna coklat. Bukan di selimuti pewarna kuning, merah ataupun warna lain.

Di sisi lain, bukankah coklat mengajari kita untuk jujur? Jujur terhadap apa adanya diri kita. Tidak perlu mencari-cari warna lain untuk menutupi “ke-coklat-an” yang kita miliki. Kita mestinya memahami, bahwa coklat itu di gemari bukan karena warnanya, bukan karena bentuknya. Coklat di gemari karena rasanya, ya, rasanya, bukan yang lain. Warna, bentuk, itu hanyalah pemanis yang ternyata tidak seluruh penikmat coklat memperhatikan atau bahkan tidak tertarik dengan pemanis tersebut.

Coklat yang murni hadir dengan segala kesederhanaan. Manisnya pun memiliki sedikit rasa pahit. Seakan mengajari, seorang insan yang shalih tetap saja insan, bukan malaikat yang Allah ciptakan tanpa pernah akan berbuat dosa. Insan, tetap saja insan yang merupakan tempatnya alpa dan kesalahan. Maka, bukankah lebih baik biarkan saja coklat tetap berwarna coklat?

Kita harus mengingat, bahwa Islam tidak pernah mengebiri umatnya. Umar bin Khathab tetaplah seorang yang keras ketika ia memeluk Islam, sampai kalimat fenomenal saat hijrah masih terus menggaungi dan menerbitkan decak kagum di kalangan kita hari ini, “hari ini Umar akan berhijrah, barangsiapa yang ingin istrinya menjadi janda, dan anaknya menjadi yatim, maka temui Umar di balik bukit ini..!”, dan itulah Umar, dengan segala “ke-coklat-an”nya. Utsman bin Affan tetaplah seorang yang pemalu, hingga Rasulullah mengabarkan “Bagaimana aku tidak malu, kepada seorang lelaki yang bahkan malaikat pun malu terhadapnya…” itulah Utsman, dengan segala “ke-coklat-an”nya. Bahkan Abu Darda’ masih terus menggunakan ikat kepala merahnya saat berjihad, yang menurut orang-orang melambangkan kesombongan hingga Rasulullah mengatakan, “sungguh, kalau hal seperti ini bukan untuk di jalan Allah, sudah sangat di benci…” dan itulah Abu Darda’, dengan segala “ke-coklat-an”nya.

Kita mestinya menyadari, bahwa Islam tak pernah memotong keorisinilan pribadi-pribadi kita yang telah Allah berikan sejak awal kita di lahirkan. Bukankah tak perlu menjadi orang lain, untuk kemudian berjuang atau beramal lebih di jalan Allah ini, bukankah cukup menjadi diri sendiri, untuk kemudian beraksi dan terus berkontribusi tulus karena illahi? Tak perlu menjadi orang lain, jadi diri sendiri… sebab coklat itu coklat. Siapa tahu, manisnya surga yang seperti coklat justru terasa lewat keorisinilan setiap pribadi-pribadi kita. sumber: www.dakwatuna.com