Kamis, 28 November 2013

akulah satu diantaranya!! #semogasuatusaat








hampir setiap hari melewati tempat ini, dan setiap itu pula ingin berhenti, menelusuri sepanjang jembatan ini, mengambil pemandangan yg ada di foto ini, gedung2 sekitarnya, orang2 atau kendaraan yg berlalu lalang, orang yg sedang memancing, pak polisi yg sedang mengatur lalu lintas, bapak tambal ban, dan menikmati setiap sisi-nya dengan kedua mata ini.

kini asa itu telah menjadi nyata.. 


#Kalimas Monkasel, 241113
#bahagiaitusederhana

hujan-pelangi-kesabaran


Selasa, 26 November 2013

Sajak menjagamu

Akan kurawat kau dalam diam
Agar tumbuh besar penuh pemahaman
Akan kurawat kau dalam hening
Agar tumbuh tinggi penuh kesabaran
Akan kurawat kau dalam senyap
Agar tumbuh kokoh penih keikhlasan

Sungguh akan kurawat kau
Agar tidak ada yang menyakitinya
Pun kalau memang harus disakiti
Kau dan aku tahu apa yang terbaik dilakukan
Pun kalau memang harus gugur daunnya
Kau dan aku tahu besok lusa akan kembali rindang

Akan kurawat kau dengan baik
Duhai "perasaanku"
Agar kita bisa melewati semua kisah
Cerita sedih maupun gembira
Karena kau adalah milikku satu-satunya
Dan setiap orang memiliki "perasaannya" masing-masing
Kan kujaga "perasaanku" sebaik-baiknya



-Tere Liye-

Senin, 25 November 2013








Waktu selalu berbaik hati mengobati kesedihan


-Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"- 


Rasa Cenderung, Tenteram, Kasih, dan Sayang

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar Rum : 21)
Kembali dengan diskusi saya bersama teman baik yang dulu juga membahas masalah bagaimana kita memilih pasangan hidup sementara kita adalah orang-orang yang tidak pacaran. Saya pernah menuliskannya di tulisan dengan judul Dengan Siapa. Silakan baca dulu tulisan tersebut ( klik di sini) sebelum meneruskan tulisan ini.
Kami bukanlah ahli agama, tapi kami percaya bahwa Quran adalah kitab yang benar. Apapun yang disampaikan disana kami imani dengan semaksimal mungkin. Meski kadang kami bertanya-tanya bahkan seringkali menyangkal.
Membahas mengenai pasangan hidup memang menyenangkan di usia seperti ini. Karena agama ini mengatur segala hal dari bangun tidur hingga bangun negara, maka proses-proses tentang mencari pasangan hidup pun tak akan luput dari aturan-Nya. Diskusi malam ini via line cukup menyenangkan. Pemahaman baru pun masuk. Kami tidak pernah mendengarkan ceramah seperti ini sebelumnya, Mungkin saja Allah memberikan pemahamannya bagi orang-orang yang benar-benar mencari, dan kami mencari, dan inilah yang kami dapatkan.
Di umur 20+ seperti ini. Pikiran kita akan dipenuhi rasa tanya tentang siapakah sosok pendamping hidup kita. Semua berusaha mencari, ada yang menggunakan caranya sendiri, cara ala-liberal, cara islam, dll. Bagi kami, karena kami adalah islam dan islam menyediakan jawabannya. Maka kami akan menggunakan cara yang agama kami tuntun. Bukan yang lain. Sebab bagi kami, agama hanya omong kosong jika tidak diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan.
Ditengah gempuran budaya barat dan pemahaman dalam masyarakat yang mewajarkan hubungan sebelum pernikahan yang tidak halal. Kami berusaha bertahan dan mencari argumentasi terbaik untuk mengajak sebanyak mungkin orang kembali kepada pemahaman agama yang lurus. Salah satu godaan terbesar memang syahwat. Kecenderungan lawan jenis dan ini sangat rawan di usia pra-nikah. Jika tidak dibentengi dengan pemahaman yang kuat dan fundamental. Seorang yang nampak alim, berkopiah sarung kemana-mana, hafalannya segudang, jilbabnya lebar kemana-mana, dan sejenisnya bisa terjerumus.
Dari Quran Surat Ar Rum ayat 21. Kami terpesona dengan apa yang Allah sampaikan. Meski kami seringkali melihatnya di lembar undangan walimah. Atau membacanya berulang kali. Baru sekali ini kami paham sesuatu makna yang sangat dalam dari satu ayat tersebut.
Allah menciptakan kita dan pasangan kita dari jenis yang sama, sama-sama manusia. Ternyata apa yang saya sampaikan ditulisan sebelumnya tertulis di sini dan itu ternyata jauh lebih dari cukup.
Perhatikan urutan dalam ayat tersebut.
1.       Cenderung
2.       Merasa tenteram
3.       Kasih
4.       Sayang
Bahkan dengan rasa cenderung pun kita sudah bisa menjawab pencarian kita dalam mencari pasangan hidup. Kita menyukai seseorang dalam sekali bertemu. Itu bisa saja terjadi dan bisa dilanjutkan dalam proses selanjutnya (taaruf). Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Jika rasa cenderung saja sudah menjawab apakah orang itu atau bukan. Jadi jika sudah sampai merasa tenteram (tenang) itu sudah lebih dari cukup.
Bahkan ada kisah, seseorang yang melamar seorang perempuan hanya karena laki-laki itu membaca tulisan di blognya. Atau bertemu sekali di pengajian. Berpapasan sekali di lorong sekolah. Bahkan beberapa orang hanya melihat fotonya saja ketika ditunjukan oleh murabbinya. Banyak cerita yang membuat kami tertegun dan takjub. Bagaimana bisa. Bukan tentang proses bertemunya mereka. Tapi bagaimana bisa mereka begitu percaya dan mempercayakan hidupnya kepada-Nya dan memilih cara-Nya untuk mencari pasangan hidupnya. Keyakinan yang bahkan sampai saat ini masih pasang surut pada kami.
Kasih sayang baru ada setelah akad nikah. Ketika kecenderungan terjawab dan rasa tenteram telah hidup. Pada ayat tersebut penulisan cenderung dan tenteram itu tidak menjadi satu dengan kasih dan sayang. Coba perhatikan. Kata Kasih bisa masuk dalam kelompok kata kerja (verb). Setelah meng-kasih maka timbullah sayang.  Sebenarnya saat belum halal bisa saja kita kasih ke orang itu dan bisa juga timbul sayang setelah kasih itu. Tapi, bagimana nilai kasih dan sayangnya? Berkahkah? Apakah yang sebenarnya kita cari dari hidup? Keberkahan atau sesuatu selain itu?
Ar Rum ayat 21 menjawab semuanya dengan jelas. Bahwa proses perasaan itu dari mulai cenderung – tenteram – kasih – sayang adalah proses yang akan dilalui oleh hati kita.  Ketika mencari pasangan hidup di usia ini dan dengan keyakinan yang seyakin-yakinnya pada apa yang telah Allah halalkan dan haramkan. Maka, kami percaya bahwa rasa cenderung itu cukup untuk memulai. Memulai memperkenalkan diri kepadanya dan keluarganya, memulai seluruh proses keseriusan itu, tidak sekedar bermain-main.
Allah yang menyuruh kita menikah, maka Dia pasti menjamin segala hal berkaitan dengan hal itu. Proses, Jodoh, Rejeki, semuanya telah Dia jamin. Tinggal bagaimana kita beriman kepada-Nya dan pada apa yang menjadi perintah-Nya. Maka orang-orang yang meragukan-Nya pun, termasuk meragukan aturan-Nya akan selalu diselimuti rasa ragu-ragu. Ragu-ragu apakah proses itu menjamin mendekatnya jodoh. Ragu-ragu apakah dia bisa menemukan jodohnya melalui proses-Nya itu.  Atau ketika dia telah keluar dari apa yang Dia berikan, dia akan diselimuti keraguan yang tidak ada habisnya. Tentang apakah orang yang jadi kekasihnya saat ini adalah orang yang tepat. Tentang materi yang  tak kunjung cukup. Tentang keluarga yang tak kunjung saling kenal. Tentang terlalu lamanya berkasih-kasihan tapi tidak jelas kemana tujuan.
Semakin kita menjauh dari-Nya maka kita akan semakin hidup dalam keraguan. Kami memilih percaya dan mempercayakan hidup ini kepada-Nya. Dan kepercayaan kami, kami yakini akan digantikan dengan hal yang sebaik-baiknya. Yaitu rasa tenteram dalam menjalani hidup ini.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Temanggung, 23 November 2013
(c)Kurniawan Gunadi

sudah sejauh mana rasa rindu dan cinta itu menggerakkan kita?


Rabu, 20 November 2013

hadiah untuk bapak dan ibu kelak


"kelamaan bagi orang tua antum kalau harus nungguin antum sukses. tapi kalau antum belajar Al Qur'an, pahalanya langsung mengalir ke orang tua, insyaAllah. maka berjanjilah dalam hati, jika kelak di akherat kita akan memberikan mahkota cahaya untuk orang tua kita." -ustad Yusuf Mansur-

bapak, ibu, aku juga sedang berusaha untuk ini :')

mudahkan dan ijabahkanlah ya Allah.. aamiin ya Robbal 'alamiin..

Selasa, 19 November 2013

karena bahagia itu sederhana







Syahdan, Rasulullah benar-benar tidak pernah main-main dalam memberikan opsi masa depan, baik untuk dunia maupun akhirat. Beliau visioner dan berpikir jangka panjang. Dalam hal jodoh, misalnya, beliau dengan jelas memberikan empat fondasi terbaik jika ingin memilih. Dan, yang paling beliau tekankan adalah opsi “yang baik agamanya.”
Mengapa demikian? Karena bagaimana mungkin seseorang yang masih “bermasalah” dengan dirinya: masih melakukan maksiat kepada-Nya, tidak mau tunduk terhadap perintah-Nya, sering berkata jorok lagi kasar, jarang menyentuh surat cinta-Nya, tidak menghargai dirinya sendiri, dsb bisa mencintaimu dengan sempurna? Ia sendiri belum selesai dengan dirinya. Lalu, bagaimana bisa kelak sama-sama di surga, bilamana alih-alih malah neraka? Naudzubillah.
Memang ruang untuk berubah pasti ada: seperti keimanan yang naik turun, pagi-petang. Bisa jadi di pagi hari beriman, petangnya alfa. Begitu pula sebaliknya. Masalahnya, dalam hal pasangan hidup, Rasulullah tidak berspekulasi. Rasulullah menyarankan opsi “yang baik agamanya” sebagai opsi terbaik. Ini bukan masalah cinta. Cinta dapat muncul kapan saja. Tapi ini masalah masa depan dunia-akhirat.
Jadi, seperti apa yang disarankan oleh Rasulullah: jika mencari pasangan, carilah ia yang telah selesai dengan diriny
*herricahyadi.tumblr.com

mauuuuu!!!!


dengan siapa

Obrolan dengan teman baik saya beberapa waktu yang lalu sangat berkesan. Karena kami adalah orang-orang yang tidak sepakat dengan konsep pacaran. Lalu kami berpikir kedepan, bagaimana kiranya kami akan merasa cocok dengan seseorang. Sebuah alasan yang seringkali digunakan oleh orang yang pacaran tentang mengenal (menjajaki dengan pacaran) pasangan terlebih dahulu biar gak salah pilih. Kami tidak sepakat dengan alasan itu dengan alasan yang tidak perlu kami utarakan di sini (nanti kepanjangan). Bagi kami, dengan keyakinan kami, ada satu hal yang kadang membuat kami cemas, kadang pula membuat kami senyum-senyum sendiri.
Kira-kira, dengan siapa kami akan bertemu? Dengan siapa kami akan dipasangkan.
Saya kira, setiap orang yang memilih pilihan untuk tidak pacaran pun memiliki rasa penasaran, rasa cemas, rasa bahagia, dan berbagai rasa lain yang terjadi dalam satu waktu. Entah itu tentang siapa dia, tentang bagaimana cara bertemu, tentang mengapa dia, tentang kapan itu terjadi, dll.
Dalam pembicaraan kami, setidaknya ada dua hal yang bagi kami itu cukup. Dengan siapa? Dengan salah satu dari dua hal ini, atau syukur-syukur dua hal ini menjadi satu sekaligus. Jika ditanya, kiranya kamu ingin menikah dengan siapa. Inilah dua hal yang (menurut kami) penting yang akan menjadi landasan kami.
Karena cinta dalam keyakinan kami baru benar-benar akan tumbuh jika sudah berada dalam ikatan, menjalani hidup bersama-sama setiap hari, mengenal karakter seseorang secara utuh dari bangun tidur hingga tidur lagi, bahkan saat tidur.
  • Pertama, saya akan menikah dengan orang yang saya “cintai” dan “mencintai” saya (agak drama, tapi ini serius)
Cinta dalam hal ini adalah rasa kecenderungan kepada seseorang. Dalam hidup ini, seringkali kita semua termasuk saya, tertarik kepada seseorang. Dalam fase itu, kadang kita bisa melihat bahwa seseorang itu suamiable/istriable. Tapi, apakah dia juga memiliki persepsi yang sama terhadap kita. Seseorang yang saling mencintai tentu akan sangat membahagiakan ketika menikah. Kita menyukai seseorang dan dia ternyata juga menyukai kita, bukankah sebuah hal yang indah. Di dalam keyakinan kami yang tidak berpacaran, alangkah bahagianya ketika kami menyukai seseorang  dan ternyata itu berbalas. Menyukai seorang yang soleh/solehah, dan ternyata dia juga menyukai  balik.
  • Kedua, saya akan menikah dengan orang yang membuat saya “tenang”.
 Jika yang dimaksud cinta itu tidak kunjung dirasakan. Jika dia menjadi semakin absurd dan membuat kita bingung. Maka, kami berpendapat, cukup dengan seseorang yang mampu membuatmu merasa tenang. Ketika datang seorang laki-laki kepada perempuan, lalu perempuan merasa tenang. Mungkin itu sudah cukup untuk menerimanya. Ketika laki-laki bertemu dengan seorang perempuan, dan kepada perempuan itu dia merasa tenang, itu juga mungkin sudah cukup. Cinta bisa ditumbuhkan setelah pernikahan. Merasa tenang itu penting bagi kami, kami tidak akan memilih menikah dengan orang yang membuat kami gelisah, bingung, marah, dsb. Jika diawal sudah seperti itu, bagaimana kedepannya.
Jika datang orang yang bisa membuat kita tenang, mungkin itu cukup untuk menjadi alasan menerimanya. Setiap orang mendambakan ketenangan, ketenangan itu jauh lebih mendamaikan daripada rasa nyaman. Ketenangan meliputi batin dan tubuh.  Bahkan hilang rasa khawatir, apakah dengannya ini kita akan tidak bahagia, miskin, dsb. Semua kekhawatiran itu tidak ada karena kita merasa begitu tenang dengan orang ini. Sekalipun tidak ada rasa cinta pada awalnya.
Dua hal ini, mana yang datang lebih dulu. Itu yang akan kami terima. Ditengah umur yang terus menerus bertambah, daripada bikin dosa kebanyakan. Ditengah kebingungan tentang menerka-nerka masa depan. Kami merumuskan hal ini untuk mencari tahu apa yang sebenarnya kami ingin tahu dan kami butuhkan.
Ternyata dua hal ini cukup. Bukan soal ketampanan atau kecantikan, bukan pula soal anak siapa dan berapa hartanya. Apalagi sekedar nama almamater dan profesi. Jika saat ini kita menyukai seseorang dan ternyata dia tidak. Ya cinta memang tidak bisa dipaksakan, karena hati itu bukan dalam kuasa manusia. Mungkin sudah waktunya bagi kita merenung, apakah dia yang benar-benar kita butuhkan. Jika kita membutuhkannya, apakah dia juga membutuhkan kita. Perasaan ini bahkan membuatmu tidak tenang bukan?
Selamat mencari, semoga bertemu. Tidak hanya bertemu, tapi juga disatukan.
Temanggung, 6 November 2013

http://kurniawangunadi.tumblr.com/post/66119848566/tulisan-dengan-siapa

Jodoh dan Kualitas

Jodoh bukanlah tentang siapa dia, tapi bagaimana aku - nn
____________________________________________________
Ini menarik, Allah tidak mengatakan secara langsung dalam Al Quran yang mulia bahkan Nabi dengan hadistnya yang menyatakan bahwa jodoh kita telah ditulis berupa nama seseorang. Bahwa Fulan akan berjodoh dengan Fulanah.
Beberapa dari kita juga ramai membicarakan tentang memperbaiki kualitas diri tanpa tahu apa yang mendasarinya. Bermodal yakin pada sebuah janji Allah saja. Bahwa perempuan baik-baik akan berjodoh dengan laki-laki baik-baik dan sebaliknya. Tanpa mempertimbangkan lagi dan bertanya, seperti apa penilaian dan kriteria baik tersebut menurut Allah.
Meski kita telah berupaya menghapalkan aneka surat dalam quran, shalat wajib dan sunah. Puasa senin-kamis. Apakah kita telah dinilai seorang yang teramat baik sehingga kita pantas mendapatkan seorang bidadari atau seorang pangeran?
Itulah yang Allah rahasiakan, bagaimana cara Allah memasangkan hamba-hamba-Nya. Seperti pada pembuka tulisan, tak satupun dari kalimat quran dan hadist yang mengatakan bahwa jodoh telah ditetapkan berupa seseorang dengan seseorang.
Allah menjodohkan “kualitas”.
Mari saya ajak bertamasya pikiran ala kurniawangunadiologi.
Fyi, saya termasuk orang yang percaya bahwa kalimat al quran akan dipahami orang secara berbeda-beda tergantung pada kadar iman dan kadar ilmunya. Serta tujuannya.

QS An Noor ayat 3
Laki-laki berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.
QS An Noor ayat 26
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula). dan wanita-wanita baik-baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik-baik (pula). ……
Perhatikan, Allah memasangkan kualitas
Pezina/Musyrik «——» Pezina/Musryik
Keji «——» Keji
Baik-baik «——» Baik-baik
Mukmin «——» Mukmin
Mari kita perhatikan kode dari Allah ini. Dalam banyak kasus di masyarakat kita. Kita menjumpai ada seorang perempuan yang baik tapi suaminya jahat amit-amit jabang bayi.
Kita juga mendapati ada seorang laki-laki yang maaf
( cacat secara fisik baik itu pendek, dsb ) tapi mendapatkan perempuan yang normal dan baik.
Anomali kan ? itulah Allah yang maha rahasia. Cara kerja Allah tidak pernah bisa dipahami dengan logika manusia bukan? Karena logika kita sendiri diciptakan oleh-Nya.
Mari lagi-lagi saya ajak bertamasya pikiran.
Allah mengajarkan kita melalui berbagai anomali, jika kita dilahirkan normal dengan keadaan fisik yang sempurna. Mengapa harus ada yang lahir cacat padahal Allah bisa dengan mudah melahirkan mereka dalam keadaan yang sama seperti kita. Jawabannya : agar kita berpikir - belajar - memahami.
Sama pula dengan jodoh tadi.
Allah sama sekali tidak mengatakan bahwa Kurniawan Gunadi akan berjodoh dengan siapa misalnya. Tapi yang dijodohkan adalah kualitas kurniawan gunadi saat ini berjodoh dengan kualitas seorang perempuan di seberang sana.
KUALITAS !
Nah, yang udah sering bicara tentang meningkatkan kualitas diri.
Ada satu hal yang sekali lagi harus dipahami dengan tepat dan dalam. Bahwa ukuran kualitas kita bukanlah kita yang menilai, tapi Allah. Dan kualitas itu saya pahami diukur secara menyeluruh. Total.
Bisa jadi kamu adalah perempuan yang amat sangat menutup aurat - tilawahnya bagus - hapalannya banyak dan segala kebaikan lainnya tapi Allah menjodohkanmu pada seorang laki-laki yang sebaliknya, hafalannya buruk - bacaan qurannya kurang lancar - suka melamun.
Lantas, apakah kamu serta merta menolak semua “takdir” itu. Maka seperti melihat sebuah daun, jika orang kebanyakan hanya melihat daun dari tampak atas, mari kita lihat daun dari bahwa dimana tulang-tulang daun begitu menonjol, permukaan yang lebih kasar daripada permukaan atasnya.
Allah menjodohkan kualitas itu secara total. Apakah kamu melihat bahwa laki-laki tadi memiliki kebaikan dalam sisi yang lain. Laki-laki tersebut amat bertanggung jawab pada hidupmu. Yang setiap bertemu pada ayah-ibumu perkataannya lembut dan selalu mencium tangan mereka.
Sama halnya pada laki-laki sok idealis yang menginginkan istri layaknya Khadijah r.a. Apakah dia telah sepadan dengan Nabi SAW?
Jika perempuanmu ini tidak pintar memasak, pencemburu yang amat sangat, cerewet dan sangat teliti. Agamanya belum baik, bahkan mungkin tingkat pendidikan formalnya jauh dibawahmu. Atau gara-gara perempuan tersebut belum menutup aurat dgn baik, belum berkerudung seperti harapanmu misalnya. Apakah kamu sebagai laki-laki serta merta menolak semua itu. Tanpa mau sedikitpun melihat kualitasnya yang lain. Dia yang sangat menyayangi anak-anak, dengan ketelitian dan cerewetnya dia selalu mengingatkanmu dalam hal-hal baik. Dia tidak bisa memasak bukan sebuah masalah besar bukan ? Kamu tetap masih bisa makan.
Ingat saja Allah itu bilang, Arrijalu Qowwamuna ‘Alannisa | (QS. An Nisa : 34)Kalian (laki-laki) sengaja diciptakan untuk menjadi pemimpin bagi mereka (perempuan), maka jadilah pemimpin yang baik, yang melindungi, yang membimbing, yang bijak. Pemimpin yang baik juga harus mendengarkan orang yang dipimpinnya ! Bukan begitu?
Soal kualitas, itulah. Kita harus melihat kualitas jodoh kita nanti secara menyeluruh, bukan secara parsial. Manusia jenis kita ini lebih suka melihat seseorang dari sisi buruknya lantas dengan itu kita menggugurkan segala sisi baiknya.
Kita tentu memiliki kriteria masing-masing dan tentang seperti apa jodoh yang kita harapkan. Ya itu manusiawi.
Mari kita perbaiki kualitas diri kita dan tetaplah berpegang teguh pada satu keyakinan. Bahwa jodoh kita nanti adalah orang yang kualitas totalnya setara dengan kita. Kualitas yang Allah nilai, bukan yang manusia nilai.
Terus ada yang tanya, gimana kalau cerai ? Berpikir balik saja, berarti kualitas mereka tidak lagi setara. Suami-istri tidak mampu mempertahankan kesetaraan kualitas secara bersama. Cerai adalah ketika kualitas keduanya jurangnya sudah terlampau jauh. Pernikahan adalah sebuah lembaga bagi suami-istri untuk saling dan sama-sama meng-upgrade kualitas nya. Bukan hanya salah satu :)
Gimana kalo membujang sampai mati ? Ada 2 kasus: pertama orang yang sengaja men-single-kan diri. Menolak menikah tanpa alasan yang logis seperti sakit keras, menderita sakit menular, dan sebegainya. Telah jelas bahwa mungkin Allah melihat bahwa kualitas dirinya telah jatuh hingga tak satupun perempuan/laki2 di muka bumi ini yang kualitasnya sama dengannya. Nabi sendiri mengatakan bahwa, tidak termasuk umatnya bagi orang yang membenci sunahnya. Kasus kedua, orang yang tak kunjung bertemu jodohnya meski telah berusaha mencari tapi tidak ketemu-ketemu sampai mati. Karena hukum nikah itu bukan fardhu’ain. Allah lebih memahami perkara ini, saya sendiri belum menemukan pemahaman yang tepat mengenai anomali yang satu ini. Bisa jadi Allah mempersiapkan untuknya yang lain di akhirat sebagai pengganti atas keimanannya dan ketaqwaannya. Atau wallahu’alam. Semoga Allah melindungi saya dari dosa atas jawaban yang seenaknya ini.
Allah merahasiakan jodoh agar kita mengusahakannya kan? Kita mau ngambil dengan jalan halal atau haram, kitalah yang pilih. Jodoh tidak akan tertukar, karena seolah-olah kita sendirilah yang “menentukan” keputusan Allah tersebut.
Manusia seperti kita ini sejak lahir telah diilhami untuk memilih jalan baik atau buruk. Saya pernah mengatakan bahwa pacaran tidak serta merta membuat jodoh itu dekat,pun jomblo tidak akan membuat jodohmu menjadi jauh.
Ingat sekali lagi. Jodoh bukanlah perkara pasangan nama, namun pasangan kualitas. Selamat memperbaiki diri. :D
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. (Mengapa?) Allah maha mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”(QS. Albaqarah: 216).
Bandung, 9 Mei 2013



namanya Rifdha Muhammad Rasyid, berasal dari Maladewa/Maldives yang terletak di Samudra Hindia. Anaknya lucu, aktif dan jenius itu bercita-cita menjadi peneliti. Ia selalu berprestasi di semua mata pelajaran sekolah. Nilainya selalu 100 untuk dua mata pelajaran yang disukainya yaitu Matematika dan Sains. Usianya 10 tahun, sudah hafal 30 juz.
Rifdha dan 109 penghafal Al-Qur’an lainnya (dari 70 negara), ikut kompetisi hafidz di Kairo, mereka berusia antara 7 – 20 tahun, tidak ada peng-klasifikasian berdasarkan usia. Usia tidak penting, yang penting adalah hafalannya.

di akhir kompetisi Rifdha mendapatkan peringkat dua, dengan skor 97. Ia tidak bisa berbahasa Arab, namun diakui juri mampu membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang sempurna. Karena (salah satu) hikmah mukjizat Al-Qur’an yang mudah dihafalkan, meski para penghafal tidak bisa berbahasa Arab.

**Film "Koran by Heart"

Rabu, 13 November 2013

Bromo I'm in Love, 10 Nopember 2013

alhamdulillah, ala kulli hal. sabtu tanggal 9 Nopember sekitar jam 11 malam, Allah perkenankan saya beserta pasukan santika-kepanduan surabaya menginjakkan kaki di belahan lain buminya Allah, Bromo. bagi saya pribadi, ini adalah sesuatu yang amazing, pengalaman luar biasa yang Allah berikan pada saya. dua resolusi 1433 H yang tersisa, yang saya tuliskan lagi di resolusi 1434 H, kini salah satunya sudah "dicoret", atas kehendak Allah tentunya. ya, di resolusi 1433 H saya menuliskan 5 resolusi, yaitu punya hafalan 5 juz, perpustakaan mini, belajar bahasa arab, naik gunung (bromo), dan menggenapkan dien :D

sepanjang perjalanan ke bromo, saya sengaja memaksa diri untuk tidak tidur, tidak ingin melewatkan sedikitpun keindahan langit yang ia tawarkan, kanan-kiri jalan yang membuat jantung ini berdegup kencang, tepi jurang, hanya memperbanyak istighfar dan sholawat yang bisa saya lakukan saat itu. langit malam saat itu sangat pekat, bintang-bintang banyak bertaburan, saling menyapa, senyumnya merekah, membuat langit yang pekat tetap indah untuk di lihat. saat itulah jarak terdekatku dengan langit. karena hanya berbekal camdig, saya tidak bisa mengabadikannya langit malam itu :( alhamdulillah perjalanan lancar, sesampai di pos (berapa ya?? saya tidak tau) kami berbaris dulu sebelum melanjutkan perjalanan dengan kaki menuju tempat camp. kira-kira 10 menit, kami sampai di camp, lalu mendirikan tenda.

*to bee continue yaa :)


Senin, 28 Oktober 2013

INSPIRATIVE HOUSEWIFE STORY

Tiga anaknya tidak sekolah di sekolah formal layaknya anak-anak pada umumnya. Tapi ketiganya mampu menjadi anak-anak teladan, dua di antaranya sudah kuliah di luar negeri di usia yang masih seangat muda. Saya cuma berdecak gemetar mendengarnya. Bagaimana bisa?
Minggu (21/ 7) lalu, saya mengikuti acara Forum Indonesia Muda (FIM) Ramadhan yang diadakan di UNPAD. Niat awalnya mau nabung ilmu dan inspirasi sebelum pulang kampung, selain juga memang karena pengisi acaranya inspiring. Eh, pembicara yang paling saya tunggu ternyata berhalangan hadir. But, that’s not the point. Semua pembicara yang hadir memang sangat inspiring, tapi saya benar-benar dikejutkan di sesi terakhir. Tentang parenting. Awalnya saya pikir sesi ini mau membicarakan apa gitu. Do you know actually? It talks about a success and inspiring housewife. Saya langsung melek. Lupa lapar. Like my dream becomes closer. Saya mencari seminar yang membahas tentang keiburumahtanggaan. Nggak tahunya nemu di sana. Lihatlah daftar mimpi besar saya nomor 1-4. Rasanya terbahas semua sore itu. (No offense nomor 2, gue juga kagak tahu kalau urusan itu :p ) Baiklah, mukadimah ini akan terlalu panjang kalau saya lanjutkan.
image
Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kalian search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Bukan, dia bukan seorang pejuang emansipasi wanita yang mengejar kesetaraan gender lalala itu. Bukan.
Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia. Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Dalam sesi itu, beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstreamIt’s like I’m watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia.
Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut. Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran.
Akhirnya beliaupun menikah. Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja. Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah. Tentu saja tujuan mereka adalah khusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren?
Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga. Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah demokratis, merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitupun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan? Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya?
Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget. Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya.
Ara, anak ke-2. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak.
Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!
Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20? :0 Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe.
Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu:
1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan
2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktek nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.
3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.
4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.
5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!
6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai
7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya. 
8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara home schooling di mana Ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.
9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta :P
10. Punya kurikulum yang keren, di mana fondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.
11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu,partner, teman, guru, semuanya.
Daaaan masih banyak lagi. Teman-teman yang tertarik bisa kepo twitter ibu @septipw atau gabung dan ikut kuliah online tentang keiburumahtanggaan diibuprofesional.com.
Hhhhmmm. Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa. Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya. Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife. So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please,  housewife is the most presticious  career for a woman, right? Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi :) Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa.
Setelah mengikuti sesi tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk?
Wallahualambisshawab. Semoga ada yang bisa diambil pelajaran.
Rumah,
31 Juli 2013
00.29
Akhirnya kelar juga. Maaf tulisan ini agak lama post-nya. Saya mengalami krisis takut menulis kemarin-kemarin ini. Kumat. Hehe. Semoga bermanfaat :)
Oh ya, di acara itu saya juga bertemu komunitas yang concern untuk mengajak wanita kembali pada kodratnya menjadi wanita seutuhnya, namanya komunitas@metamorfosis_id. Yang tertarik silahkan kepoin twitternya :)

Rabu, 16 Oktober 2013

pernikahan itu adalah sekumpulan problematika yang harus dihadapin guna didapatin solusinya dengan arif lagi bijaksana. 
selain itu juga, pernikahan juga menyatukan dua insan yang beda karakter dan juga beda keluarga untuk di carikan jalan tengahnya.

*nasehat dari seorang teman yg sudah menikah

Kamis, 27 Juni 2013

Dan tidak selalu orang yang kita sukai, layak kita perjuangkan untuk masa depan dunia dan akhirat.
Seberapa lamapun kita pernah menyukai seseorang, bahkan jika sampai saat ini kita masih menyukainya,
rasa suka hanyalah perasaan sesaat yang tidak abadi.
Ikatannya harus abadi. Pernikahannya, bukan perasaannya. Perasaan hanyalah produk hati yang berbolak-balik.
Kadang menyenangkan, kadang menyebalkan. 
-NA-

Minggu, 12 Mei 2013

Cinta Bersemi di Pelaminan


Lupakan! Lupakan cinta jiwa yang tidak akan sampai di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Misalnya yang dialami Nasr bin Hajjaj di masa Umar bin Khattab.

Ia pemuda paling ganteng yang ada di Madinah. Shalih dan kalem. Secara diam-diam gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar mendengar seorang perempuan menyebut namanya dalam bait-bait puisi yang dilantunkan di malam hari. Umar pun mencari Nasr. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, ketampanannya telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis Madinah. Akhirnya Umar pun memutuskan untuk mengirimnya ke Basra.

Disini ia bermukim pada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Celakanya, Nasr justru cinta pada istri tuan rumah. Wanita itu juga membalas cintanya. Suatu saat mereka duduk bertiga bersama sang suami. Nasr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh seorang istri. Karena buta huruf, suami yang sudah curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu. Hasilnya: aku cinta padamu! Nasr tentu saja malu kerena ketahuan. Akhirnya ia meninggalkan keluarga itu dan hidup sendiri. Tapi cintanya tak hilang. Dia menderita karenanya. Sampai ia jatuh sakit dan badannya kurus kering. Suami perempuan itu pun kasihan dan menyuruh istrinya untuk mengobati Nasr. Betapa gembiranya Nasr ketika perempuan itu datang. Tapi cinta tak mungkin tersambung ke pelaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nasr meninggal setelah itu.

Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh dilahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Pastilah cinta yang begitu akan menjadi penyakit. Sebab cinta yang ini justru menemukan kekuatannya dengan sentuhan fisik. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa saling tersambung. Maka ketika sentuhan fisik jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi penyakit.

Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nasr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.

Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan.

*Serial Cinta, Anis Matta