Senin, 12 November 2012

Tafsir At Taubah


Majelis Jejak Nabi November, Tafsir QS. At Taubah 128-129
by Kartika Ratna Pratiwi on Saturday, November 10, 2012 at 12:36am ·

Ada tiga akhlak asasi pada diri Rasulullah, yang apabila akhlaq ini dimiliki oleh seseorang, maka ketika ia menjadi pemimpin, ia akan ditaati dan dihormati orang yang dipimpinnya, ketika ia menjadi pembicara, ia akan menjadi pembicara yang mengagumkan dan menggerakkan, dan ketika ia menjadi panglima, maka ia akan menjadi panglima yang dicintai oleh anak buahnya bahkan melebihi kecintaan mereka sendiri kepada diri mereka. 
Ketiga akhlak asasi Rasulullah itu ada pada surat At Taubah 128:
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, serta penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
1. Merasa berat terasa terhadap apa yang membebani orang-orang yang dipimpinnya.
Dalam shirah diceritakan Rasulullah selalu berusaha merasakan hal yang sama atau bahkan lebih berat daripada beban dan penderitaan para sahabat,padahal sebenarnya beliau bisa saja meminta dan mendapatkan apa-apa yang beliau inginkan dari para sahabat yang sangat mencintainya. Ketika mendapat hadiah pun beliau selalu mengajak semua sahabat untuk menikmatinya bersama. Contoh : pada saat perang Khandaq, ketika para sahabat mengganjal perutnya dengan satu batu untuk sedikit menyamankan perut mereka yang kelaparan, ternyata Rasulullah pun mengganjal perutnya dengan dua batu karena sesungguhnya beliau lebih kelaparan daripada mereka. Ketika Abu Thalhah yang ingin memasakkan kambing untuk Rasulullah kemudian menyampaikannya diam-diam kepada beliau, Rasulullah malah mengumumkannya kepada para sahabat agar dapat menikmatinya bersama. Padahal saat itu Abu Thalhah hanya memasakkan 1 ekor kambing kecil, karena memang hanya itu yang ia punya sehingga ia hanya menawarkannya pada Rasulullah. Namun atas ijin Allah, makanan itu cukup untuk 3.000 pasukan di perang Khandaq, meskipun hal ini tidak tejadi setiap hari :) , hanya pada ‘hari-hari istimewa’ yang dikehendaki Allah.
2. Sangat menginginkan sekali hidayah atau keimanan bagi umatnya
Kisah sikap Rasulullah kepada penduduk Thaif mengajarkan kita makna kesabaran dalam berdakwah dan pentingnya menanamkan keinginan yang besar agar hidayah datang kepada orang yang kita dakwahi. Sebuah akhlaq yang sangat agung pada diri Rasulullah ketika dakwah beliau ditolak, kemudian beliau dicaci, dihina dan dilempari batu hingga berdarah-darah oleh penduduk Thaif: 
a. Bila itu terjadi pada kita, yang kita adukan kepada Allah kemungkinan adalah beratnya beban dan penderitaan tersebut, pertanyaan kenapa bantuan dari Allah tidak kunjung datang, dll. Namun apa yang manusia agung itu adukan pada Allah? Sambil kelelahan dan duduk di bawah sebuah pohon,yang Rasulullah adukan kepada Allah adalah pengakuan beliau kepada Allah atas kelemahannya dan masih sedikitnya upaya yang bisa beliau lakukan untuk mendakwahi penduduk Thaif. Subhanallah..
b. Saat malaikat yang diutus Allah untuk melakukan apapun yang Rasulullah kehendaki bagi penduduk Thaif datang, kemudian menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif, beliau menolaknya, beliau memaafkannya, bahkan beliau berharap di kemudian hari dari rahim penduduk Thaif lahir orang-orang yang beriman kepada Allah. Lalu waktu akhirnya menjawabnya dengan lahirlah Khalid bin Walid yang kemudian mendapat julukan Pedang Allah karena ia kemudian menjadi panglima perang yang strateginya selalu dapat mengalahkan musuh-musuh Allah, padahal faktanya ia adalah putera dari Walid bin Mughiroh yang merupakan salah satu penduduk Thaif yang memusuhi Rasulullah dan gencar menyampaikan bahwa Al Qur’an adalah shir yang dipelajari oleh orang-orang Islam. Ini adalah bukti bahwa Rasulullah sangat menginginkan sekali keimanan dan keselamatan bagi umat yang didakwahinya. Kecintaannya ini mengalahkan rasa sakit dan pedih yang beliau rasakan.
3. Penyantun dan penyayang kepada orang-orang mukmin
Beberapa contoh kisah kelembutan dan rasa sayangnya Rasulullah kepada para sahabat:
a. Beliau pernah menasehati Abdullah bin Umar dengan cara yang sangat halus. Caranya beliau berkata kepada para sahabat yang lain bahwa “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar andai ia mau shalat malam”. Akhirnya para sahabat pun berlomba-lomba menyampaiakannya kepada Abdullah bin Umar, awalnya meski sempat tersentak namun juga terharu karena dikatakan lelaki terbaik, Abdullah yang mendengar itu pun akhirnya tidak pernah lagi meninggalkan 1 malam pun tanpa shalat malam hingga akhir hayatnya.
b. Rasulullah hanya tersenyum saja saat para sahabat pernah bercanda bersama dengan saling melempar semangka. Karena meski hal itu mereka lakukan, sesungguhnya keimanan yang ada di dada mereka tetap menggunung. 
c. Pada waktu yang lain, ada seorang sahabat yang bercandanya agak keterlaluan. Saat itu ia sedang agak kesal dengan salah seorang sahabat yang lain, maka ia akhirnya mengerjainya dengan menjualnya kepada salah seorang pedagang. Ia malah menjelaskan kepada pedagang itu bahwa sahabatnya itu adalah budak yang agak susah diatur, maka ia menjualnya dengan harga yang murah saja, dan jangan percaya kalau ia nanti mengatakan ia bukan budak, karena ia memang susah diatur. Namun setelah itu ia mengaku kepada Rasulullah bahwa ia baru saja menjual sahabatnya, mendengar itu pun Rasulullah tersenyum, lalu akhirnya memanggil pedagang yang membeli sahabat yang tadi dan berkata, “Biar saya beli budakmu yang terus meronta-ronta itu 10 kali lipat dari harga yang kau keluarkan.” Lalu beliau mengumpulkan uang dan membelinya. ^_^
d. Ada juga seorang sahabat yang pernah ‘berbuat ulah’. Ia menyembelih unta milik sahabat lain yang sedang ditambat di depan masjid. Saat tahu untanya disembelih orang lain tanpa ijin dulu kepadanya, ia kaget dan menanyakan mengapa hal itu dilakukan. Dengan santainya,sahabat yang masih menguliti unta yang bukan miliknya itu berkata, “Tenang saja, nanti orang yang menjadi imam di masjid itu yang akan membayarnya.” Setelah mengetahui itu pun Rasulullah ikut tersenyum karena kejailan sahabat tersebut lalu kemudian membereskan masalah itu.
Nah, yang luar biasanya, meski ketiga akhlaq agung itu sudah dimiliki oleh Rasulullah, Allah masih mengingatkan lagi kepada beliau masih ada kemungkinan berpalingnya orang-orang yang beliau dakwahi dari hidayah (apalagi kita yang mungkin belum memiliki ketiga akhlaq di atas), di ayat selanjutnya yaitu QS. At Taubah 129:
” Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), ‘Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy (singgasana) yang agung.”
Ibnu Mubarak dalam tafsirnya tentang Surat At Taubah ayat 129, menjelaskan bahwa makna ‘cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Ia’ adalah:
1. Bila engkau menyibukkan dirimu dengan urusan akhirat, maka Allah akan mencukupkan urusan duniamu
2. Bila engkau memperbaiki aib-aib yang tersembunyi dalam dirimu, maka Allah akan memperbaiki yang tampak pada dirimu
3. Bila engkau memperbaiki hubunganmu dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubunganmu dengan manusia.
Maka cukuplah Allah saja bagi kita dan berserah diri kepada Allah atas segala usaha beramal shalih yang telah kita lakukan adalah sesuatu yang wajib dilakukan.
Wallahu ‘alam bi showab.
~Semoga bermanfaat, bagi yang ikut kajiannya bisa bantu mengoreksi atau menambahkan~
Majelis Jejak Nabi bulan November by Ustadz Salim A. Fillah at Masjid Al Falah Surabaya
9/11/12 (menjelang hari pahlawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar