Majelis Jejak Nabi November, Tafsir QS. At Taubah
128-129
by Kartika
Ratna Pratiwi on Saturday, November 10, 2012 at 12:36am ·
Ada
tiga akhlak asasi pada diri Rasulullah, yang apabila akhlaq ini dimiliki oleh
seseorang, maka ketika ia menjadi pemimpin, ia akan ditaati dan dihormati orang
yang dipimpinnya, ketika ia menjadi pembicara, ia akan menjadi pembicara yang
mengagumkan dan menggerakkan, dan ketika ia menjadi panglima, maka ia akan
menjadi panglima yang dicintai oleh anak buahnya bahkan melebihi kecintaan
mereka sendiri kepada diri mereka.
Ketiga
akhlak asasi Rasulullah itu ada pada surat At Taubah 128:
“Sungguh,
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan
bagimu, serta penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
1. Merasa berat terasa terhadap apa yang membebani
orang-orang yang dipimpinnya.
Dalam
shirah diceritakan Rasulullah selalu berusaha merasakan hal yang sama atau
bahkan lebih berat daripada beban dan penderitaan para sahabat,padahal
sebenarnya beliau bisa saja meminta dan mendapatkan apa-apa yang beliau
inginkan dari para sahabat yang sangat mencintainya. Ketika mendapat hadiah pun
beliau selalu mengajak semua sahabat untuk menikmatinya bersama. Contoh :
pada saat perang Khandaq, ketika para sahabat mengganjal perutnya dengan satu
batu untuk sedikit menyamankan perut mereka yang kelaparan, ternyata Rasulullah
pun mengganjal perutnya dengan dua batu karena sesungguhnya beliau lebih
kelaparan daripada mereka. Ketika Abu Thalhah yang ingin memasakkan kambing
untuk Rasulullah kemudian menyampaikannya diam-diam kepada beliau, Rasulullah
malah mengumumkannya kepada para sahabat agar dapat menikmatinya bersama.
Padahal saat itu Abu Thalhah hanya memasakkan 1 ekor kambing kecil, karena
memang hanya itu yang ia punya sehingga ia hanya menawarkannya pada Rasulullah.
Namun atas ijin Allah, makanan itu cukup untuk 3.000 pasukan di perang Khandaq,
meskipun hal ini tidak tejadi setiap hari :) , hanya pada ‘hari-hari istimewa’
yang dikehendaki Allah.
2. Sangat menginginkan sekali hidayah atau keimanan
bagi umatnya
Kisah
sikap Rasulullah kepada penduduk Thaif mengajarkan kita makna kesabaran dalam
berdakwah dan pentingnya menanamkan keinginan yang besar agar hidayah datang
kepada orang yang kita dakwahi. Sebuah akhlaq yang sangat agung pada diri
Rasulullah ketika dakwah beliau ditolak, kemudian beliau dicaci, dihina dan
dilempari batu hingga berdarah-darah oleh penduduk Thaif:
a.
Bila itu terjadi pada kita, yang kita adukan kepada Allah kemungkinan adalah
beratnya beban dan penderitaan tersebut, pertanyaan kenapa bantuan dari Allah
tidak kunjung datang, dll. Namun apa yang manusia agung itu adukan pada Allah?
Sambil kelelahan dan duduk di bawah sebuah pohon,yang Rasulullah adukan kepada
Allah adalah pengakuan beliau kepada Allah atas kelemahannya dan masih
sedikitnya upaya yang bisa beliau lakukan untuk mendakwahi penduduk Thaif.
Subhanallah..
b.
Saat malaikat yang diutus Allah untuk melakukan apapun yang Rasulullah
kehendaki bagi penduduk Thaif datang, kemudian menawarkan untuk menghancurkan
penduduk Thaif, beliau menolaknya, beliau memaafkannya, bahkan beliau berharap
di kemudian hari dari rahim penduduk Thaif lahir orang-orang yang beriman
kepada Allah. Lalu waktu akhirnya menjawabnya dengan lahirlah Khalid bin Walid
yang kemudian mendapat julukan Pedang Allah karena ia kemudian menjadi panglima
perang yang strateginya selalu dapat mengalahkan musuh-musuh Allah, padahal
faktanya ia adalah putera dari Walid bin Mughiroh yang merupakan salah satu
penduduk Thaif yang memusuhi Rasulullah dan gencar menyampaikan bahwa Al Qur’an
adalah shir yang dipelajari oleh orang-orang Islam. Ini adalah bukti bahwa
Rasulullah sangat menginginkan sekali keimanan dan keselamatan bagi umat yang
didakwahinya. Kecintaannya ini mengalahkan rasa sakit dan pedih yang beliau
rasakan.
3. Penyantun dan penyayang kepada orang-orang mukmin
Beberapa
contoh kisah kelembutan dan rasa sayangnya Rasulullah kepada para sahabat:
a.
Beliau pernah menasehati Abdullah bin Umar dengan cara yang sangat halus.
Caranya beliau berkata kepada para sahabat yang lain bahwa “Sebaik-baik lelaki
adalah Abdullah bin Umar andai ia mau shalat malam”. Akhirnya para sahabat pun
berlomba-lomba menyampaiakannya kepada Abdullah bin Umar, awalnya meski sempat
tersentak namun juga terharu karena dikatakan lelaki terbaik, Abdullah yang
mendengar itu pun akhirnya tidak pernah lagi meninggalkan 1 malam pun tanpa
shalat malam hingga akhir hayatnya.
b.
Rasulullah hanya tersenyum saja saat para sahabat pernah bercanda bersama
dengan saling melempar semangka. Karena meski hal itu mereka lakukan,
sesungguhnya keimanan yang ada di dada mereka tetap menggunung.
c.
Pada waktu yang lain, ada seorang sahabat yang bercandanya agak keterlaluan.
Saat itu ia sedang agak kesal dengan salah seorang sahabat yang lain, maka ia
akhirnya mengerjainya dengan menjualnya kepada salah seorang pedagang. Ia malah
menjelaskan kepada pedagang itu bahwa sahabatnya itu adalah budak yang agak
susah diatur, maka ia menjualnya dengan harga yang murah saja, dan jangan
percaya kalau ia nanti mengatakan ia bukan budak, karena ia memang susah
diatur. Namun setelah itu ia mengaku kepada Rasulullah bahwa ia baru saja
menjual sahabatnya, mendengar itu pun Rasulullah tersenyum, lalu akhirnya
memanggil pedagang yang membeli sahabat yang tadi dan berkata, “Biar saya beli
budakmu yang terus meronta-ronta itu 10 kali lipat dari harga yang kau
keluarkan.” Lalu beliau mengumpulkan uang dan membelinya. ^_^
d.
Ada juga seorang sahabat yang pernah ‘berbuat ulah’. Ia menyembelih unta milik
sahabat lain yang sedang ditambat di depan masjid. Saat tahu untanya disembelih
orang lain tanpa ijin dulu kepadanya, ia kaget dan menanyakan mengapa hal itu
dilakukan. Dengan santainya,sahabat yang masih menguliti unta yang bukan
miliknya itu berkata, “Tenang saja, nanti orang yang menjadi imam di masjid itu
yang akan membayarnya.” Setelah mengetahui itu pun Rasulullah ikut tersenyum
karena kejailan sahabat tersebut lalu kemudian membereskan masalah itu.
Nah,
yang luar biasanya, meski ketiga akhlaq agung itu sudah dimiliki oleh
Rasulullah, Allah masih mengingatkan lagi kepada beliau masih ada kemungkinan
berpalingnya orang-orang yang beliau dakwahi dari hidayah (apalagi kita yang
mungkin belum memiliki ketiga akhlaq di atas), di ayat selanjutnya yaitu QS. At
Taubah 129:
”
Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), ‘Cukuplah
Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakkal, dan
Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy (singgasana) yang agung.”
Ibnu
Mubarak dalam tafsirnya tentang Surat At Taubah ayat 129, menjelaskan bahwa
makna ‘cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Ia’ adalah:
1.
Bila engkau menyibukkan dirimu dengan urusan akhirat, maka Allah akan
mencukupkan urusan duniamu
2.
Bila engkau memperbaiki aib-aib yang tersembunyi dalam dirimu, maka Allah akan
memperbaiki yang tampak pada dirimu
3.
Bila engkau memperbaiki hubunganmu dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki
hubunganmu dengan manusia.
Maka
cukuplah Allah saja bagi kita dan berserah diri kepada Allah atas segala usaha
beramal shalih yang telah kita lakukan adalah sesuatu yang wajib dilakukan.
Wallahu
‘alam bi showab.
~Semoga
bermanfaat, bagi yang ikut kajiannya bisa bantu mengoreksi atau menambahkan~
Majelis
Jejak Nabi bulan November by Ustadz Salim A. Fillah at Masjid Al Falah Surabaya
9/11/12
(menjelang hari pahlawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar