Senin, 05 November 2012

Taman Surga Itu Bernama Asy-Syifa


Taman, di manapun, selalu diasosiasikan sebagai tempat yang indah, penuh warna, dengan ragam pepohonan dan bunga warna-warni, harum semerbak; baik ia ada di depan atau belakang rumah mewah; baik ia ada di sekeliling istana para raja; atau mungkin ia merupakan tempat tersendiri yang sengaja dirancang sebagai tempat rekreasi dan wisata. Taman selalu diasosiasikan dengan keindahan. Tak ada taman yang diasosiasikan dengan keburukan. Demikianlah realitas taman di dunia ini. Namun demikian, seindah apapun taman di dunia tak pernah ada yang kemudian disebut dengan 'taman surga'.

Dari Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu bahwa Rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “jika kalian melewati taman-taman surga maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya, “Apakah taman-taman surg` itu?”Beliau menjawab, “Halaqoh-halaqoh (majelis-majelis) dzikir.” (HR. at-Tirmidzi)

Subhanallah. Taman surga sungguh menakjubkan. Betapapun indah orang melukiskannya, tetap saja benak kita sebagai manusia tak mampu membayangkannya.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah menggambarkan dalam bukunya Hadil Arwaah lla Biladil Afrah,yang terjemahannya berjudul Tamasya ke Surga.
Taman surga bangunannya tersusun dari batu-bata yang terbuat dari emas dan perak. Dinaungi oleh Arasy Ar-Rahman. Pepohonannya dari emas dan perak sebening kaca. Buah-buahannya lebih lembut dari keju dan lebih manis dari madu; sungai-sungainya mengalirkan susu, madu dan arak yang tidak memabukkan; kendaraannya kuda dan unta bersayap yang terbang mengantarkan kemana pun pengendaranya suka; dan segala kenikmatan dari semua kenikmatan yang tidak terbayangkan.
Apalagi bila Allah menyingkap tirai-Nya, dan memperlihatkan Wajah-Nya yang Agung, itulah nikmat nomor satu yang mengatasi segala nikmat di surga.

Orang-orang yang duduk bersama untuk membaca dan mempelajari Al Quran oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam disetarakan dengan taman surga. Yaitu salah seorang membaca dan yang lainnya mendengarkan.

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda,”Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya.” [HR Muslim, no. 2699; Abu Dawud, no. 3643; Tirmidzi, no. 2646; Ibnu Majah, no. 225; dan lainnya].

Menikmati taman surga itu, di sebuah rumah Allah, terlihat kumpulan-kumpulan orang-orang yang duduk melingkar. Satu kelompok, dua kelompok, tiga kelompok bahkan sampai empat kelompok. Ada yang disebelah timur, utara, dan di sebelah selatan. Yang terdengar hanyalah ayat-ayat cinta-Nya. Dengan suara lantang dan bersemangat layaknya anak-anak madrasah, agak lantang, dan ada juga yang seperti orang yang sedang berbisik, mereka sedang muroja’ah.

Orang-orang ini tampak bersemangat, dari raut wajahnya ada pantulan keceriaan. Tapi tak jarang juga nampak wajahnya yang sedang “mendung” karena tak bisa menambah “setorannya” atau mungkin karena hanya satu halaman saja. Subhanallah, apapun yang terpancar dari mereka, tetaplah mereka adalah orang-orang yang insyAllah Allah mencintainya.

Pemuda, pemudi, bapak-bapak, ibu-ibu semuanya duduk bersama dalam lingkaran ini. Anak-anak seusia sekolah dasar juga tak kalah mau sama ummi dan abinya (ibu dan ayah). Tak jarang juga seorang ummi mengajak balita-nya untuk menemaninya dan sekaligus mengenalkan dunia ummi dan abinya ini, ya mereka ingin mengenalkan taman surga ini kepada putra dan putrinya. Kelak mereka jugalah yang akan menjadikan taman surga ini sebagai “tempat bermain” mereka.

“huruf (hijaiyah) zain, sien, dan shot , tempat keluar huruf di ujung lidah bawah yaitu ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri bawah (sambil menunjukkan lidah dan gigi serinya)” seorang ustadz tampak menjelaskan makharijul huruf. Santri-santri dengan seriusnya melihat dan mendengarkan penjelasan sang ustadz ini. “sekarang mari kita ucapkan bersama-sama huruf ini” perintah sang ustadz kepada santri-santrinya.

Di sebelah utara, terlihat seseorang berhadapan dengan ustadzahnya, “wa la taqulu liman yuqtalu fi sabilillahi amwat,........................ “ seseorang ini nampak memulai setorannya. Dan yang lain nampak seperti orang yang komat-kamit (membaca pelan) sesekali melihat mushafnya, ada juga yang berpasangan saling mendengarkan murojaahnya. “sering-sering di murojaah-i (di ulang-ulang) ya..” pesan ustadzah kepada santrinya ini.

Subhanallah, inilah salah satu “taman surga” itu. Sungguh setiap yang ada di dalamnya sangat merindukannya untuk kembali singgah dan “bermain” disana.

Menikmati taman surga, asy syifa.



*note yang aku posting di FB 4 nopember 2011, tepat satu tahun lebih satu hari. Asy Syifa adalah nama sebuah masjid, tidak berlebihan jika aku menyebutnya sebagai Taman Surga. Karena di masjid inilah orang-orang yang ingin menjadi sahabat Al Qur'an berkumpul, menyetor hafalannya dan belajar membaca Al Qur'an (tahsin). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar