Kamis, 05 April 2012

dua koma tiga dekade

Dua dekade bukan waktu yang singkat untukmu mempelajari sekian warna pelangi yang Allah pilihkan untuk menemani perjalanan hidupmu. Pada warna dasar yang Allah titipkan melalu dua insan mulia, mengajari ejaan pertama serta menguatkanmu dengan sepuluh warna serupa: lahir adalah untuk menghamba padaNya. Dan kini, pada dua dekade ini, merah hati, saatnya menjadi bagian dari penyemesta Qur’ani. Melompatlah lebih tinggi!
“bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka, maka barang siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas janjinya sendiri, dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar” (Qs Al Fatih:10) *pesan singkat dari ummu laila fadhilah.

Dua dekade ditambah tiga tahun amanah ini telah di emban, sebagai makhluk Allah, sebagai manusia yang di ciptakan untuk mengelola bumi dan beribadah kepada Allah (Qs Al Baqarah: 30 dan Adz Dzariyat: 56) . Sekitar usia dua dekade itulah orang-orang luar biasa telah menghasilkan karya yang luar biasa. Namun bagaimana dengan saya? Sejenak saya berpikir bisakah saya seperti mereka?

Lihat saja Siti Aisyah binti Abu Bakar RA,  istri Nabi SAW putri Abu Bakar ash-Sgiddiq teman dan dan orang yang paling di kasihi Nabi. Di usianya yang masih muda beliau mempelajari ilmu bahasa, syair, ilmu kedokteran, nasab-nasab dan hari-hari Arab.  Sehingga sangat wajar ketika Abu Bardah mengatakan: “apabila ada sebuah permasalahan yang tidak diketahui di zaman sahabat, maka kami bertanya kepada Aisyah, dan kami memperoleh ilmu dari beliau”. Seorang sahabat yang lain mengatakan: “saya tidak mengetahui ada orang yang lebih berilmu tentang Al Quran, faraidh (ilmu waris), halal dan haram, syair, sejarah dan nasab kecuali Aisyah”.  Dan Aisyah meriwayatkan  2000-an hadist.  

Zainab al-Ghazali, tokoh perempuan asal Mesir , pendiri Jamaah Al-Sayyidat Al-Muslimat (Perhimpunan Perempuan Muslim) saat usianya 18 tahun. Muslimah tangguh yang gigih memperjuangkan persamaan hak kaum perempuan berdasarkan keyakinannya, sesuai doktrin ajaran islam yang benar. Beliau dan perempuan-perempuan seperjuangannya mampu menyakinkan masyarakat bahwa islam memberikan peluang yang besar bagi perempuan untuk berperan penting di masyarakat, baik itu memiliki pekerjaan, terjun di dunia politik, namun tidak mengesampingkan fungsi utama perempuan sebagai ibu dan mengurusi rumah tangga. Beliau sosok yang mengingatkan kita pada RA. Kartini.

Yoyoh Yusroh, biasa di panggil ustadzah yoyoh. Seorang perempuan yang dikaruniai 13 orang anak yang semuanya hafal Al Qur’an,  sosok sederhana dan bersahaja yang dikenal sangat aktif dalam dunia  politik (anggota DPR Pusat), agama, dan sosial. Sejak remaja beliau sangat getol dalam berorganisasi dan LSM. Tahun 2000 beliau mendapat penghargaan International Muslim Women (IMWU), Mubaligh National Departemen Agama Pusat tahun 2001 dan International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003. Beliau adalah orang yang cerdas dan memiliki kemampuan manajerial yang baik. Kedudukannya sebagai seorang anggota dewan tak menjadikannya lupa untuk tetap menjadi seorang ibu dan istri yang baik. Sholat malam tak pernah ia tinggalkan. Ia juga begitu komitmen untuk tilawah 3 juz per hari di tengah aktifitasnya yang padat. Puasa sunnah juga menjadi kebiasaannya. Yoyoh Yusroh Mutiara Yang Telah Hilang (judul buku)

Tiga muslimah di atas adalah sebagian dari contoh mujahidah yang menginspirasi. Dan sebenarnya masih banyak orang-orang luar biasa yang telah menghasilkan karya sejak masa mudanya. Mari kita bermuhasabah, instropeksi diri, sudah berapa juz Al Qur'an dan hadist yang sudah kita hafal, sudah berapa buku/kitab yang sudah kita pelajari, sudahkah tiap sepertiga malam kita menghidupkannya dengan sholat tahajud, tilawah kita apakah sudah satu hari satu juz. Dan sudah sejauh mana karya yang sudah kita torehkan, kerja nyata apa yang sudah kita hasilkan dan kita persembahkan buat dakwah, umat, dan islam.  Namun kita harus tetap optimis, kita persembahkan ibadah terbaik kita, kita berikan kontribusi yang maksimal di sisa usia kita  hanya untuk Allah. Walapun kemenangan islam belum bisa kita rasakan sampai batas usia kita, tapi setidaknya kita sudah menorehkan karya dalam sejarah perjalanannya. Bersungguh-bersungguh dalam menuntut imu dan bekerja untuk Indonesia :)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar