Dua dekade bukan
waktu yang singkat untukmu mempelajari sekian warna pelangi yang Allah pilihkan
untuk menemani perjalanan hidupmu. Pada warna dasar yang Allah titipkan melalu
dua insan mulia, mengajari ejaan pertama serta menguatkanmu dengan sepuluh
warna serupa: lahir adalah untuk menghamba padaNya. Dan kini, pada dua dekade
ini, merah hati, saatnya menjadi bagian dari penyemesta Qur’ani. Melompatlah lebih
tinggi!
“bahwa
orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya
berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka, maka barang
siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas janjinya sendiri,
dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala
yang besar” (Qs Al Fatih:10) *pesan singkat dari ummu laila fadhilah.
Dua dekade ditambah
tiga tahun amanah ini telah di emban, sebagai makhluk Allah, sebagai manusia
yang di ciptakan untuk mengelola bumi dan beribadah kepada Allah (Qs Al Baqarah:
30 dan Adz Dzariyat: 56) . Sekitar usia dua dekade itulah orang-orang luar
biasa telah menghasilkan karya yang luar biasa. Namun bagaimana dengan saya? Sejenak
saya berpikir bisakah saya seperti mereka?
Lihat saja
Siti Aisyah binti Abu Bakar RA, istri
Nabi SAW putri Abu Bakar ash-Sgiddiq teman dan dan orang yang paling di kasihi
Nabi. Di usianya yang masih muda beliau mempelajari ilmu bahasa, syair, ilmu
kedokteran, nasab-nasab dan hari-hari Arab. Sehingga sangat wajar ketika Abu Bardah
mengatakan: “apabila ada sebuah permasalahan yang tidak diketahui di zaman
sahabat, maka kami bertanya kepada Aisyah, dan kami memperoleh ilmu dari beliau”.
Seorang sahabat yang lain mengatakan: “saya tidak mengetahui ada orang yang
lebih berilmu tentang Al Quran, faraidh (ilmu waris), halal dan haram, syair,
sejarah dan nasab kecuali Aisyah”. Dan Aisyah
meriwayatkan 2000-an hadist.
Zainab
al-Ghazali, tokoh perempuan asal Mesir , pendiri Jamaah Al-Sayyidat Al-Muslimat
(Perhimpunan Perempuan Muslim) saat usianya 18 tahun. Muslimah tangguh yang
gigih memperjuangkan persamaan hak kaum perempuan berdasarkan keyakinannya,
sesuai doktrin ajaran islam yang benar. Beliau dan perempuan-perempuan
seperjuangannya mampu menyakinkan masyarakat bahwa islam memberikan peluang
yang besar bagi perempuan untuk berperan penting di masyarakat, baik itu
memiliki pekerjaan, terjun di dunia politik, namun tidak mengesampingkan fungsi
utama perempuan sebagai ibu dan mengurusi rumah tangga. Beliau sosok yang
mengingatkan kita pada RA. Kartini.
Yoyoh Yusroh, biasa
di panggil ustadzah yoyoh. Seorang perempuan yang dikaruniai 13 orang anak yang
semuanya hafal Al Qur’an, sosok
sederhana dan bersahaja yang dikenal sangat aktif dalam dunia politik (anggota DPR Pusat), agama, dan sosial.
Sejak remaja beliau sangat getol dalam berorganisasi dan LSM. Tahun 2000 beliau
mendapat penghargaan International Muslim Women (IMWU), Mubaligh National Departemen Agama Pusat tahun 2001 dan International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003. Beliau adalah orang yang cerdas dan memiliki kemampuan manajerial yang baik. Kedudukannya sebagai seorang anggota dewan tak menjadikannya lupa untuk tetap menjadi seorang ibu dan istri yang baik. Sholat
malam tak pernah ia tinggalkan. Ia juga begitu komitmen untuk tilawah 3 juz per
hari di tengah aktifitasnya yang padat. Puasa sunnah juga menjadi kebiasaannya. Yoyoh Yusroh Mutiara Yang Telah Hilang (judul buku)
Tiga muslimah
di atas adalah sebagian dari contoh mujahidah yang menginspirasi. Dan sebenarnya
masih banyak orang-orang luar biasa yang telah menghasilkan karya sejak masa
mudanya. Mari kita bermuhasabah, instropeksi diri, sudah berapa juz Al Qur'an dan hadist yang sudah kita hafal, sudah berapa buku/kitab yang sudah kita pelajari, sudahkah tiap sepertiga malam kita menghidupkannya dengan sholat tahajud, tilawah kita apakah sudah satu hari satu juz. Dan sudah sejauh mana karya yang
sudah kita torehkan, kerja nyata apa yang sudah kita hasilkan dan kita persembahkan
buat dakwah, umat, dan islam. Namun kita harus tetap optimis, kita persembahkan ibadah terbaik kita, kita berikan kontribusi
yang maksimal di sisa usia kita hanya untuk Allah. Walapun kemenangan islam belum bisa kita
rasakan sampai batas usia kita, tapi setidaknya kita sudah menorehkan karya
dalam sejarah perjalanannya. Bersungguh-bersungguh dalam menuntut imu dan
bekerja untuk Indonesia :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar